Air Mata Ibunda Yosua dan Jerit Penuh Harap

Yang Paling Terluka, Syok, dan Tidak Terima

petugas kepolisian mengangkat peti jenazah brigadir nofriansyah yosua hutabarat
PELEPASAN: Petugas kepolisian mengangkat peti jenazah Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J saat upacara pelepasan secara kedinasan setelah autopsi ulang di Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi, Rabu (27/7).

JAMBI, RadarSampit.com – Rosti Simanjuntak tidak kuasa menahan emosi dan air mata ketika mengikuti proses ekshumasi jenazah putranya, Brigadir Polisi Nopriansyah Yosua Hutabarat. Kemarin pagi (27/7) ekshumasi jenazah Yosua berjalan sesuai rencana. Doa bersama yang disiapkan oleh pihak keluarga juga terlaksana. Sejak pukul 06.00, keluarga Brigadir Yosua sudah berdatangan ke Tempat Pemakaman Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi.

Sebagai suami, Samuel Hutabarat mendampingi Rosti. Mereka berdua didampingi oleh satu kakak dan dua adik Brigadir Yosua. Selain itu, ada adik-adik Rosita dan kerabat Samuel yang turut serta menyaksikan proses ekshumasi. Mereka pun ikut mendoakan mendiang Yosua sebelum diangkat dari pemakamannya. Doa bersama berlangsung mulai pukul 06.50. Ibadah kebaktian menjelang pengangkatan jenazah dipimpin oleh pendeta yang sudah disiapkan oleh keluarga.

Meski singkat, doa bersama itu berlangsung khidmat. Serupa keluarga lainnya, Rosti tampak berusaha tegar. Namun, benteng ketegaran yang dia jaga ketat tidak sanggung membendung gempuran duka. Menjelang doa bersama selesai, dia tumbang. Tubuhnya seketika lemas. Dia hanya bisa berteriak histeris. ”Tolong kami Yesus, tolong keadilan untuk anakku ini,” ratapnya. Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Rosti.

Baca Juga :  PLN Sukseskan Indonesia MotoGP Mandalika 2023 dengan Listrik Tanpa Kedip

Ibu empat anak itu tidak kuasa menahan duka. Kehilangan anak laki-laki yang begitu dia sayangi. Adik Brigadir Yosua berusaha menenangkan sang ibunda. Namun kesedihan yang begitu dalam membuat Rosti terus menjerit. Berbagai kalimat permohonan dan permintaan pertolongan keluar dari mulut guru SD di Muaro Jambi tersebut.

”Tolong kami, tunjukkan kebenaran untuk anakku ini. Pak Presiden Jokowi, dengar ratapan anakku yang terakhir,” pintanya. Rosti tidak berhenti meracau.

Di antara deras air mata  yang berjatuhan, mulutnya tidak henti berucap. Dia menunjukkan betapa dirinya tidak terima dan tidak percaya atas informasi terkait dengan sebab-musabab meninggalnya Brigadir Yosua akibat baku-tembak.



Pos terkait