PANGKALAN BUN, radarsampit.com – Belasan orang tua/wali murid mendatangi SMA Negeri 2 Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Rabu (8/2). Mereka ingin mengonfirmasi alasan terkait pemotongan seragam anak mereka yang dilakukan salah seorang guru di hadapan pelajar lainnya.
Diketahui sebanyak 25 siswa sekolah tersebut terpaksa menerima seragam mereka digunting pada bagian lengan. Orang tua/wali murid menilai razia yang dilakukan pihak sekolah terhadap kebijakan penggunaan seragam lengan pendek dan panjang terlalu mengada-ngada.
Padahal, seragam tersebut adalah hasil pengadaan pihak sekolah sendiri yang telah digunakan oleh para pelajar sekolah tersebut selama delapan bulan ini. Proses mediasi yang dilaksanakan di sekolah sempat memanas lantaran pihak sekolah dianggap tidak mampu menjelaskan kebijakan menggunting lengan baju seragam anak-anak mereka.
Meski sempat memanas, pertemuan yang juga dihadiri oleh Kapolsek Kobar, Danramil 01 Arsel Kodim 1014 Pangkalan Bun, dan Satpol PP dapat diredam. Dan akan dilakukan pertemuan lanjutan dengan pemerintah daerah.
Salah seorang orang tua wali murid Fran Iriandi mengatakan, semua baju seragam untuk kelas 1 merupakan pengadaan pihak sekolah dan ditebus oleh orang tua masing-masing siswa.
”Tidak ada sosialisasi atas kebijakan penggunaan seragam sekolah apakah lengan pendek atau lengan panjang, anehnya baju seragam itu hasil pengadaan sekolah itu sendiri, ini kan membingungkan. Mereka yang mengadakan seragam itu dan mereka yang menggunting,” keluhnya.
Menurut Fran, aksi gunting lengan baju tersebut merupakan perbuatan bullying, terlebih dilakukan di hadapan pelajar lainnya yang dikhawatirkan memberikan dampak psikis.
”Perbuatan ini kan dilakukan di depan anak-anak. Ya paling tidak, dari pihak sekolah memulihkan mental anak-anak kami. Karena tidak semua anak tahan dibully,” ucap dia.
Dia berharap persoalan ini segera diselesaikan agar tidak berlarut-arut. ke depan ia juga berharap tidak ada diskriminasi terhadap siswa. “Harapan kami kejadian seperti ini tidak terjadi lagi di sekolah ini atau di sekolah lain. Karena peraturannya jelas jangan ada perbedaan atau diskriminasi,” kata Fran.