Ada pula mata anggaran yang janggal, seperti langganan 240 unit televisi kabel dengan biaya per bulan sekitar Rp12 juta. Belum diketahui apakah televisi kabel tersebut dipasang di gedung DPRD Kotim atau tersebar di tempat lain.
Selanjutnya, anggaran untuk internet yang mencapai 12 unit dengan biata sekitar Rp10,3 juta per bulan. Di luar itu, ada biaya internet lain yang menelan dana Rp15,5 juta per bulan. Dalam sebulan, biaya internet mencapai Rp25,8 juta.
Sekretariat DPRD Kotim juga mengeluarkan anggaran untuk pemeliharaan website DPRD Kotim sekitar Rp16 juta. Akan tetapi, laman website dprd-kotimkab.go.id tak bisa diakses tadi malam. Bahkan, dalam pencarian Google, laman yang menghabiskan anggaran belasan juta tersebut tak muncul.
Ada juga anggaran pemeliharaan pendingin ruangan yang menelan dana sekitar Rp99 juta, lalu alat tulis kantor Rp155 juta per tahun. Kemudian, pembuatan kalender dinding Rp55 juta, kalender meja Rp22 juta dengan jumlah 150 lembar. Untuk biaya kalender menelan dana sekitar Rp77 juta tahun ini.
Selanjutnya, biaya pembelian alat kebersihan hingga sabun pembersih dalam setahun menelan dana sekitar Rp43 juta. ”Misalnya untuk pembelian pembersih lantai, sapu, lap, pembersih kaca, dan lain sebagainya, memang begitu besaran anggarannya,” kata sumber Radar Sampit di DPRD Kotim, Kamis (14/9).
Menurutnya, anggaran tersebut tidak pernah diketahui secara luas di lembaga itu, hanya untuk pejabat tertentu. ”Bahkan anggota dewan pun saya kira tidak tahu soal besaran anggaran dan rinciannya, karena biasanya mereka fokus mengurus anggaran perjalanan dinas saja. Yang lain semuanya diatur sekretariat,” katanya.
Sekretaris DPRD Kotim Bima Eka Wardana tak merespons konfirmasi Radar Sampit terkait persoalan tersebut saat dihubungi melalui ponselnya. Kabarnya, Bima tengah mendampingi perjalanan dinas keluar kota anggota DPRD Kotim hingga akhir pekan mendatang.
”Bos tidak ada, ikut DL (dinas luar),” kata salah satu petugas di DPRD Kotim kepada Radar Sampit. (ang/hgn/ign)