Radarsampit.com – Puting Beliung yang terjadi di Rancaekek, Kabupaten Bandung, dan beberapa kecamatan di Kabupaten Sumedang, merupakan tornado. Hal ini disampaikan Peneliti Klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin.
Menurutnya, peristiwa di Rancaekek sama persis dengan yang terjadi di Amerika Serikat pada 2004 lalu.
“Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan dengan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara, Amerika Serikat, memiliki kemiripan 99,99 persen,” ujar Erma dalam akun X @EYulihasitin, seperti yang dikutip jawapos.com, Kamis (22/2/2024)
Ia juga menerangkan efek yang dihasilkan tornado seperti yang terjadi di Rancaekek berbeda dengan efek yang ditimbulkan angin puting beliung.
“Efek tornado beda dengan puting beliung. Tornado punya skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas,” ungkapnya.
Kecepatan angin tornado, lanjut Erma, minimal mencapai 70 km/jam. “Dalam kajian kami di BRIN, angin puting beliung terkuat 56 km/jam,” tandasnya.
Sebelumnya, angin kencang yang awalnya disebut puting beliung melanda wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Jatinangor dan Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Rabu (21/2/2024) sore.
Dalam video yang beredar, tampak putaran angin membuat atap pabrik Kahatex ikut terseret arus dan beterbangan di lanhit.
Angin puting beliung disebut terjadi saat hujan deras disertai angin kencang. Gumpalan awan hitam melingkar bermula di atas kawasan Kahatex masuk wilayah Desa Cintamulya kecamatan Jatinangor.
Angin juga masuk ke pemukiman warga di Dusun Cipajaran, Cibungur, dan sebagian Desa Cisempur serta Jatimukti. Bahkan, dikabarkan salah satu masjid atapnya jebol sehingga air hujan masuk ke dalam masjid. (jpc/sla)