Haris warga Baamang lainnya mengeluhkan penjualan harga gas elpiji subsidi yang sangat mahal. Dia bahkan harus berkeliling mencarinya.
”Nyari di Baamang sampai Rp 45 ribu – Rp 48 ribu per tabung. Kadang dapat yang murah di Jalan Suprapto, masih Rp 33 ribu – Rp 35 ribu per tabung,” ujarnya.
Menurutnya, warga ramai-ramai mengantre karena Pemkab Kotim gagal mengurus distribusi elpiji subsidi. Permainan harga yang memberatnya warga dibiarkan. Pemerintah dinilai tak memedulikan jeritan warga terhadap masalah yang terjadi bertahun-tahun itu.
Sementara itu, Admin DPC Hiswana Migas Sampit Tiwi yang mengawal penyaluran elpiji subsidi mengatakan, penjualan elpiji subsidi kemarin dilaksanakan di dua titik. Di Pasar Eks Mentaya Teater disediakan 560 tabung. Terdiri dari 280 tabung dari PT HAN dan 280 dari PT Altana. Selain itu, di Kantor Kecamatan Baamang disediakan 280 tabung dari PT HAN. ”Total yang disalurkan sebanyak 840 tabung,” katanya.
Sebelumnya, Ketua DPD Hiswana Migas Kotim Axcel Afriando Narang mengatakan jumlah agen di Kotim ada enam, yaitu PT Haji Asmuni Nasri, PT Altana Putra Mentaya, PT Lampang Abdi Dirga Jaya, Musdita Cahaya Biru, PT Harapan Mentaya dan PT Mathilda Zamrud Narang.
Agen tersebut menyalurkan elpiji ke 416 titik pangkalan yang tersebar di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Cempaga Hulu, Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara, Pulau Hanaut, Seranau, Parenggean, Teluk Sampit, Tualan Hulu, Antang Kalang dan Bukit Santuai.
”Dari 17 kecamatan di Kotim, ada 416 titik pangkalan yang tersebar di 12 kecamatan. Sedangkan lima kecamatan lainnya belum mendapatkan pasokan elpiji. Masih meminta jatah dari kecamatan lain,” kata Axcel.
Axcel mengatakan, tak adanya jatah elpiji di beberapa kecamatan disebabkan belum adanya konversi minyak tanah ke elpiji. ”Sebenarnya ada enam kecamatan yang belum mendapatkan alokasi elpiji, karena belum ada konversi dari minyak tanah ke elpiji, sehingga masih meminta jatah kuota dari kecamatan lain,” ujarnya. (hgn/ign)