SAMPIT, radarsampit.com – Tingginya ancaman kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau tahun ini membuat petani dan pemilik kebun resah. Apalagi dalam dua pekan terakhir hujan tak lagi turun. Kebakaran hutan dan lahan bisa menghabisi sumber penghasilan mereka. Di sisi lain, peralatan ”perang” untuk melawan api itu tak memadai.
”Sudah dua minggu tidak hujan. Saya khawatirnya muncul api, sementara alat tidak ada persiapan. Kalau selang dan mesin pompa air sudah banyak rusak,” kata Esa, warga Kecamatan Cempaga, Jumat (2/6/2023).
Menurut Esa, selang dan mesin pompa air yang rusak itu merupakan peralatan yang dibeli tahun 2017 silam. Hasil urunan warga. Dia bersama warga lainnya aktif mencegah kebakaran hutan dan lahan tahun-tahun sebelumnya.
Esa mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan alat dan fasilitas dari pemerintah. Karena itulah mereka patungan membeli perlengkapan ”tempur” itu sampai Rp50 ribu per orang untuk membeli pipa dan selang agar bisa menjangkau api di tengah hutan.
”Kami bekerja tidak memandang untung rugi. Yang penting wilayah desa kami bebas dari amukan api,” ujarnya.
Esa melanjutkan, saat kebakaran hutan dan lahan merajalela pada 2019 silam, hampir sepekan mereka bermalam di hutan. Kekompakan warga mampu meredam amukan api menuju wilayah perkampungan.
”Warga di sini tidak memandang ada upah atau tidak. Yang penting ada alatnya lengkap, seminggu pun sanggup bermalam di hutan. Kadang hanya membawa mi instan saja untuk makan berhari-hari,” ucapnya.
Lebih lanjut Esa mengatakan, tahun ini pihaknya belum ada persiapan sama sekali menghadapi ancaman karhutla. Mereka pernah mengajukan bantuan alat, seperti mesin pompa air, selang, dan terpal penampungan air. Namun, tidak pernah terealisasi.
Padahal, dia menegaskan, alat itu bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi kepentingan bersama dan orang banyak. ”Karena yang paham hutan di kampung itu adalah warga itu sendiri. Kami juga sebenarnya mau bantu pemerintah cegah kebakaran hutan, tapi sulitnya dapat bantuan alat,” katanya.