Walau terlahir autis, tetap harus menjadi di antara seribu bintang menyinari malam. Itulah motto hidup Marshelina.
YUNI PRATIWI ISKANDAR, Radar Sampit
Marshelina duduk sambil memegang buku berwarna merah muda. Sampul buku berjudul “Autis dan Puitis” itu terdapat gambar wajahnya. Isinya tentang perjalanan seorang gadis autis dalam mengejar cita-cita. Buku itu merupakan antologi pusis karya Marshelina, seorang gadis autis.
Marshelina, meski terlahir autis, tak menghalanginya untuk berkarya. Gadis ini membuktikan mampu berkarya lebih dari manusia normal pada umumnya.
Sekecil boneka adalah judul puisi pertama yang ada dalam buku karya Marshelina. Puisi pertama itu menceritakan bagaimana saat dia dilahirkan dengan berat hanya 8,5 ons persis sekecil boneka, seperti judul yang ia sematkan pada hasil karya puisinya itu.
Diceritakannya, bagaimana senyum menghiasi wajah para kerabat yang hadir memandang bayi mungil yang saat itu berada di dalam inkubator. Walau prematur, tangis Marshelina kecil menembus seluruh ruangan, tawa bercampur air mata di wajah keluarga menyaksikan kelahiran bayi mungil itu. Walau tak cukup usia di dalam rahim ibunya Marshelina mampu terlahir dan hidup di dunia, “inilah bukti keagungan- Nya,” kata Marshelina.
Gadis kelahiran Sampit 23 Desember 1987 anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Alm. Syarkawi dan Almh. Basriah ini memiliki nama asli Mursinah Rahma Lina, namun di kalangan seniman dia lebih populer dengan panggilan Marshelina.
Ditemui di ruang tamu kantor SKH Radar Sampit belum lama ini, Marshelina merupakan sosok yang begitu periang dan penuh semangat. Setiap kalimat yang disampaikan begitu menarik untuk disimak. Entah berapa kali celotehannya membuat wartawan Radar Sampit tertawa. Ya, di dalam ruangan itu tidak hanya wartawan Radar Sampit, tapi juga ada kakak laki-laki yang mendampingi Marshelina dan Direktur Radar Sampit Siti Fauziah.
Hari itu hampir dua jam Marshelina menunggu untuk bisa bertemu dengan Siti Fauziah yang juga merupakan Ketua PWI Kotim terpilih. Karena memang kedatangan Marshelina saat itu bersamaan dengan rapat rutin seluruh pegawai SKH Radar Sampit.