PANGKALAN BUN – Warga di Gang Sesepat, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) mengeluhkan mampetnya drainase di sepanjang jalur permukiman mereka. Mampetnya aliran air itu kini memunculkan masalah baru. Aroma tidak sedap muncul dan mengganggu. Tak hanya itu saat hujan lebat, maka cairan dalam selokan tersebut akan meluber hingga masuk ke perumahan warga.
Drainase sepanjang lebih dari satu kilometer tersebut diketahui bermuara ke Sungai Arut, namun karena mampet di ujung gang (Jalan Pangeran Antasari) sehingga dampaknya dirasakan warga di dalam gang tersebut.
Warga RT 02, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Utin Rani mengaku bahwa bau dari luapan air dari dalam drainase sudah mirip dengan aroma septic tank, parahnya lagi roma itu semakin pekat ketika hujan turun. “Karena di ujung mampet, jadi air tergenang dan tidak tahu jug sebabnya menimbulkan bau busuk luar biasa,” ujarnya, Senin (21/11).
Ia menyebut bahwa sebenarnya drainase itu ukurannya lumayan lebar dan dalam, namun karena penumpukan sampah dan sedimentasi menjadi penyebab pendangkalan. Menurutnya luapan tersebut tidak hanya berdampak bagi warga di Gang Sesepat tetapi juga berdampak bagi warga di Gang Tempala 1, bila banjir airnya sampai ke permukiman di gang tersebut.
Warga bukannya tidak mau bergotong royong membersihkan drainase tersebut, tetapi lantaran drainase tertutup oleh beton, warga tidak kuat untuk mengangkatnya.
Apalagi sedimentasi berupa lumpur, pasir dan sampah sudah sedemikian parah, sehingga membutuhkan alat mekanis untuk proses pengerukannya.”Mau gotong royong warga tidak mampu mengangkat beton yang menutup parit itu, apalagi sedimentasi sudah sedemikian parah, tentu membutuhkan alat untuk pengerukan,” imbuhnya.
Warga sudah melaporkan hal tersebut ke ketua lingkungan setempat dan sudah diteruskan ke pihak kelurahan untuk meminta bantuan agar dilakukan pembenahan terhadap saluran yang mampet di ujung gang. Ia berharap agar laporan tersebut segera ditindaklanjuti, karena warga sudah merasakan hal itu selama enam bulan terakhir. (tyo/sla)