SAMPIT, radarsampit.com – Selama berbulan-bulan lamanya sampah di Jalan Sawit Raya (ujung), Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang terus bertambah hingga menggunung. Sampah itu juga berceceran di sepanjang tepian jalan yang sepi tersebut.
Pantauan Radar Sampit, Senin (27/3) siang, banyak sampah rumah tangga, barang rongsokan, seperti kursi rusak, batok kelapa, dan sampah lain beraroma tak sedap. Jalan yang sepi ditambah lahan yang belum diketahui pemiliknya, membuat sampah dibiarkan menumpuk sampai menggunung.
Lurah Pasir Putih Zaenal Arifin mengatakan, sepanjang Jalan Sawit Raya tak ada tempat pembuangan sampah (TPS) ataupun depo. Padahal, Jalan Sawit Raya merupakan kawasan permukiman yang cukup padat penduduk. Hal itulah yang membuat warga membuang sampah ke area lahan kosong dan sepi.
”Dulu sampah menumpuk di dekat Masjid Ash Shidiq. Setelah itu, karena ada protes warga, aromanya sampai kesana-kemari. Lokasi yang dijadikan tempat pembuangan sampah ditutup dan dipindah sekitar 300 meter, tak jauh dari lokasi pembuangan sampah yang lama,” kata Zaenal.
Di tempat pembuangan sampah lama, sampah rutin diangkut petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kotim. Namun, setelah dipindah ke lahan kosong yang sepi, tak pernah lagi ada yang mengangkut sampai akhirnya menumpuk.
Zaenal mengatakan, sampah yang menumpuk tak hanya dibuang warga setempat, namun juga warga dari kawasan lain. ”Itu sampahnya bukan dari warga Jalan Sawit Raya saja, warga dari Jalan Jenderal Sudirman ya buang ke situ juga. Buktinya ada dan pernah divideo. Memang bukan warga situ,” katanya.
Zaenal yang pernah menjadi ketua rukun tetangga (RT) di Jalan Sawit Raya mengatakan, tak adanya TPS, apalagi depo membuat masyarakat membuang sampah sembarangan. ”Kami serba salah juga mau melarang. Di sepanjang sini memang belum disediakan TPS, apalagi depo. Warga kalau mau buang sampah masa harus turun ke kota dulu yang jaraknya lumayan jauh. Memang sudah ada pejabat yang menghibahkan tanahnya ukuran 20 x 50 meter untuk dibangun depo oleh DLH Kotim, tetapi saya kurang tahu kapan dibangun,” ujarnya.