Bebaskan Masyarakat Desa di Kotim dari Jajahan Kegelapan Malam

Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor menargetkan puluhan desa yang belum berlistrik dapat menikmati listrik secara bertahap di tahun 2024
Ilustrasi. (net)

SAMPIT – Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor menargetkan puluhan desa yang belum berlistrik dapat menikmati listrik secara bertahap di tahun 2024. Hal itu diungkapkan, setelah dirinya menghadiri rapat pertemuan antara Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dengan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Jakarta pada Rabu (14/4) lalu.

“Pertemuan ini membawa kabar baik. Kementerian ESDM akan mengupayakan desa yang belum berlistrik tidak hanya di Kotim tetapi juga di Kalteng akan teraliri listrik,” kata Halikinnor, Senin (18/4).

Bacaan Lainnya

Halikinnor menyebut, ada 400 desa di wilayah Kalteng dan 47 desa di antaranya di  Kabupaten Kotim yang belum berlistrik.

Pada pertengahan Maret 2022 lalu, Bupati meresmikan pembangunan jaringan listrik di Desa Soren dan Desa Simpur Kecamatan Kotabesi. Setelah Desa Soren dan Simpur menyala, akan dilanjutkan  pembangunan listrik di lima desa, antara lain Desa Rasau Tumbuh Kecamatan Kotabesi, Desa Pamalaian Tumbuh Kecamatan Kotabesi, Desa Tumbang Keminting Kecamatan Bukit Santuai, Desa Tanah Haluan Kecamatan Bukit Santuai, dan Desa Tumbang Penyahuan Kecamatan Bukit Santuai.

Baca Juga :  Cerita Kartini PLN, Penjaga Keandalan Layanan Listrik untuk Masyarakat

“Tahun 2022 ini sudah mulai, dua desa sudah diresmikan, dilanjutkan lima desa lagi secara bertahap Mudah-mudahan tahun 2024 tidak ada lagi desa di Kotim yang belum berlistrik,” katanya.

Halikinnor berharap kehadiran listrik di wilayah perdesaan dapat meringankan beban masyarakat dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Indonesia sudah merdeka puluhan tahun lamanya, tapi masih ada desa yang belum berlistrik, malam hari gelap. Kita berharap dengan mempercepat pembangunan listrik masuk desa, masyarakat lebih nyaman mendapat penerangan dimalam hari dan jelas membantu meringankan beban perekonomian masyarakat,” katanya.

Halikinnor mengatakan selama ini masyarakat desa yang belum menikmati listrik, mengeluarkan biaya hingga Rp 2 juta per bulan untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) untuk menghidupkan genset.

“Dulu saat saya meresmikan listrik di Palangan, masyarakat ada yang menghabiskan jutaan untuk genset bahkan lebih, belum ganti olinya. Begitu sudah menggunakan listrik, pemakaian per bulan hanya berkisar Rp 150 ribu – Rp 300 ribu saja dan ini jauh lebih ekonomis. Artinya, listrik benar-benar membantu meringankan beban biaya hidup masyarakat,” ujarnya.



Pos terkait