SAMPIT, radarsampit.com – Dinas Perhubungan Kotim prihatin dengan kecelakaan tragis yang menewaskan ibu rumah tangga setelah tersenggol truk di Sampit. Instansi itu telah berulang kali mengimbau sopir angkutan berat agar tidak melintas jalan dalam kota. Selain mempercepat kerusakan aspal jalan, hal itu bisa berakibat fatal, yakni merenggut nyawa manusia.
”Sopir belum semua menyadari dampak melewati jalur dalam kota. Mereka beralasan rumahnya di kota, perawatan kendaraan ke bengkel yang lokasinya di kota, dan merasa nyaman lewat jalan dalam kota karena jalan beraspal, tidak perlu memutar jauh,” kata Suparmadi, Kepala Dishub Kotim.
Suparmadi melanjutkan, sebagian besar sopir yang tetap bandel melewati jalur dalam kota berulang kali diberikan teguran. Petugas Dishub Kotim juga telah melakukan pengawasan di sejumlah titik agar sopir tak seenaknya masuk kota.
”Patroli masih kami lakukan rutin untuk memantau, karena dari laporan masyarakat masih banyak sopir yang lewat jalan dalam kota di luar pengawasan kami. Kebandelan para sopir yang masih melewati jalur dalam kota bisa berakibat fatal. Kendaraannya besar bisa menimbulkan macet, rawan kecelakaan karena harus berpapasan dengan kendaraan roda dua dan roda empat,” katanya.
Pihaknya tak ingin infrastruktur jalan dalam kota yang menjadi akses penting dan salah satu tolok ukur kemajuan daerah dirusak oleh angkutan berat. Pemkab Kotim telah menyediakan jalur khusus untuk kendaraan tersebut agar melewati jalur lingkar utara- Jalan Ir Soekarno dan jalur lingkar selatan – Jalan Moh Hatta.
”Jalur lingkar selatan sudah dilakukan perbaikan, jadi tidak ada alasan lagi bagi sopir yang melewati jalur dalam kota. Semua sopir harus lewat jalur lingkar utara-lingkar selatan. Tujuannya, supaya aspal jalan dalam kota terjaga tidak mudah rusak dan sopir juga tidak perlu menghadapi kemacetan, karena jalur di sana memang jalur untuk mereka,” ujarnya.
Suparmadi menambahkan, sosialisasi dan teguran terus dilakukan agar sopir memahami aturan. Pihaknya tak bisa mengawasi 24 jam penuh karena terbatasnya sumber daya manusia yang ada.