Begini Upaya Pemkab Kotim Antisipasi Penyebaran Wabah PMK

ANTISIPASI-PMK
AMBIL SAMPEL: Pemeriksaan klinis terhadap sapi di penampungan yang dilakukan Dinas Pertanian Kotim bersama tim surveilans, Rabu (11/5). (IST/RADAR SAMPIT)

”Harapan kami, penyakit itu berhenti di daerah penampungan. Kalau ke mana-mana, kami tetap melakukan sosialisasi kepada masyarakat,” ujarnya.

Meskipun tingkat kematian dari wabah PMK cukup rendah, namun penyebaran penyakit yang cukup cepat dikhawatirkan dapat mengganggu populasi, sehingga berharap dapat memutus mata rantai penyebaran wabah. Masa inkubasi dari virus PMK selama dua minggu, namun virus itu dapat bertahan lama di tubuh sapi.

Bacaan Lainnya

”Kami sedang menunggu vaksinnya, karena vaksin menunggu hasil uji sampel. Kalau tidak divaksin, virus itu  bisa bertahan selama dua tahun. Jadi harus divaksin biar mati virusnya,” ujarnya.

Meningkatkan kewaspadaan terhadap wabah memang perlu dilakukan. Namun, dia mengimbau agar masyarakat tak khawatir secara berlebihan, karena virus PMK tidak menyebar ke manusia. Hanya mengancam ternak di sekitarnya.

Apabila menemukan gejala pada ternak sapi, seperti luka pada kuku, demam, ada luka pada bagian lidah, seperti sariawan dan sapi terus mengeluarkan air liur, agar segera menyampaikan kepada petugas untuk dilakukan pengobatan.

Baca Juga :  Apa Itu Antraks? Penyakit pada Sapi yang Sebabkan Tiga Warga Gunungkidul Tewas

”Yang kami lakukan sementara survei, ambil sampel, dan edukasi. Kalau ketemu kami obati,” ujarnya.

Pihaknya juga menyampaikan edukasi melalui petugas di kecamatan agar peternak yang ada di wilayahnya meningkatkan kewaspadaan. Minimal dengan rutin membersihkan kandang ternaknya.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kotim Sepnita mengimbau peternak, khususnya sapi dan kambing agar memperhatikan ternaknya dan menyesuaikan dengan gejala klinis yang diberikan petugas dinas.

”Apabila ada gejala klinis yang ditemui, bisa diinformasikan kepada petugas kami, sehingga kami bisa melakukan survei apakah hewan yang dimiliki peternak itu memang ada indikasi ke arah PMK,” katanya.

Dia juga meminta peternak menahan diri. Tidak menjual ternak dengan harga murah, karena adanya kekhawatiran terhadap virus tersebut. ”Misalnya, karena ada rasa takut dari masyarakat bahwa hewan itu akan terdampak virus PMK, lalu berusaha menjual murah ternaknya. Sepanjang tidak ada tanda klinis, tetap pertahankan. Mudah-mudahan Kotim tidak merupakan daerah yang terdampak, masih terduga saja,” tandasnya. (yn/ign)



Pos terkait