SAMPIT, radarsampit.com – Jelang perayaan Tahun Baru Imlek 2574, pengurus dan umat Budha Vihara Avalokitesvara di Jalan Kopi, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) melakukan ritual cuci rupang atau basuh rupang, Minggu (15/1).
Satu per satu patung dewa, yakni patung dewa Sakyamuni Buddha, Dewi Kwan In Phu Sa, dan Dewa Pelindung Dhamma dicuci dan dibersihkan. Selain membersihkan rupang, mereka juga membersihkan bagian lain, seperti altar, wadah hio, dan wadah yang digunakan untuk menempatkan patung dewa-dewi.
Dalam prosesi tersebut, seluruh rupang Buddha dimandikan dengan beberapa tahapan. Pertama, disikat dan dicelupkan ke air sabun. Kemudian, dibasuh dengan air bersih. Terakhir, rupang dibilas dengan air bunga biar pewangi.
Rupang Buddha berukuran kecil silih berganti dimandikan. Sementara itu, rupang-rupang besar dibersihkan dengan cara disikat dan dibasuh dengan handuk basah.
Ketua Yayasan Vihara Avalokitesvara Sampit, Edy Sanjaya mengatakan, mencuci rupang dimaksudkan untuk membersihkah patung Budha, terutama jelang perayaan tahun baru Imlek.
”Kami mengadakan pembersihan vihara, lingkungan vihara, dan juga membersihkan rumpang atau patung-patung. Setahun sekali kami bersihkan. Selain karena debu, juga karena asap dupa yang menempel pada rupang, jadi harus dibersihkan supaya bagus lagi,” ujarnya.
Altar yang ada di Vihara Avalokitesvara, kata Edy, ada sekitar delapan altar utama. Sementara untuk jumlah rupang yang ada di vihara tersebut cukup banyak.
Ketua Majelis Budhayana Kotim Lucia Thamrin menambahkan, pada ritual basuh rupang, hal yang wajib adalah bunga dan kain yang digunakan untuk membersihkan harus baru.
”Jadi, menyambut tahun yang baru kami bersihkan rupang pakai air bunga segala macam supaya wangi,” ujarnya.
Prosesi pencucian rupang menjadi salah satu bentuk persiapan dan pengamalan tujuh bagian puja dalam ajaran Buddha. Lewat prosesi tersebut, umat Buddha tak hanya membersihkan lingkungan luar, tetapi juga simbol untuk membersihkan diri sendiri menjelang pergantian tahun.