SAMPIT – Permasalahan Koperasi Cempaga Perkasa, Desa Patai, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah berpolemik karena ulah oknum.
Menghindari situasi kurang kondusif yang berkepanjangan yang akan mengganggu kerja sama kemitraan pengelolaan kebun kelapa sawit.
Pengurus Koperasi Cempaga Perkasa minta pendampingan Dewan Adat Dayak (DAD) bersama perwakilan tokoh masyarakat Kotim bersilaturahmi sekaligus konfirmasi terkait surat yang ditandatangani Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Adat Dayak Nasional (MADN).
Di Jakarta, rombongan disambut oleh Wakil Presiden MADN Dr Andersius Namsi, Ph.D didampingi bagian humas MADN Lawadi dan Agus dan Kepala Sekretariat MADN Timotius.
Koperasi bersama DAD menyampaikan dan meluruskan duduk persoalan terkait permasalahan yang dihadapi Koperasi Cempaga Perkasa.
Ketua DAD Kotim Untung TR dikonfirmasi, membenarkan keberangkatan mereka ke MADN atas permintaan pengurus Koperasi Cempaga Perkasa.
“Karena ada permintaan pendampingan dari koperasi, kami pun bersedia mendampingi untuk memberi penjelasan terkait permasalahan yang dihadapi Koperasi Cempaga Perkasa,” kata Untung.
Kata Untung, hasil pertemuan itu, MADN pusat ternyata tidak mengetahui permasalahan yang terjadi di Desa Patai, khususnya terhadap Koperasi Cempaga Perkasa.
MADN pusat secara tegas menyatakan tidak mengetahui surat tersebut, apa lagi terkait dengan permasalahan yang dihadapi Koperasi Cempaga Perkasa.
Terkait apa bila ada permasalahan adat, Wakil Presiden MADN tegaskan diserahkan ke masing-masing DAD Kabupaten, kalau belum terselesaikan maka dilimpahkan ke DAD provinsi.
Apa bila melalui DAD belum selesai juga, maka permasalahan baru dilimpahkan ke MADN.
“Kami awalnya juga tidak mengetahui permasalahan ini. Setelah mendapat informasi barulah tahu, ini hanya masalah internal koperasi,” katanya.
Secara pribadi, Ketua DAD Kotim sangat prihatin atas masalah ini, apa lagi membawa-bawa adat tanpa sepengetahuan lembaga, sehingga menimbulkan polemik antarmasyarakat dalam satu desa oleh ulah sekelompok orang.