SAMPIT, radarsampit.com – Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor menghadiri kegiatan Piodalan Agung di Pura Tribhuana Agung Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), baru-baru tadi. Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan cerminan besarnya toleransi beragama di Bumi Habaring Hurung.
”Toleransi antarumat beragama di Kotim ini sangat tinggi, sehingga kegiatan keagamaan di wilayah ini bisa berjalan dengan baik,” ujar Halikinnor.
Hadir pula dalam acara itu Sekretaris Daerah (Sekda) Kotim Fajrurrahman, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Kotim I Gede Sukadana, dan tokoh agama Hindu lainnya.
Halikinnor melanjurkan, kegiatan semacam itu merupakan bentuk kebersamaan di wilayah ini, sebagaimana moto Kotim, yakni Habaring Hurung atau gotong royong. Pemerintah daerah memiliki kewajiban membantu semua agama. Karena itu, Pemkab Kotim akan memberikan bantuan sebesar Rp100 juta untuk renovasi tempat ibadah.
Bantuan juga diberikan untuk keperluan peribadatan. Termasuk peralatan musik, seperti gamelan dan kebutuhan lainnya. Bantuan tersebut akan diberikan bertahap, menyesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.
”Ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah daerah membantu pembangunan rumah ibadah semua agama di Kotim,” katanya.
Sementara itu, I Gede Sukadana mengatakan, kehadiran Halikinnor dalam perhelatan besar umat Hindu di Pura Tribhuana Agung Sampit merupakan suatu yang membanggakan bagi mereka.
”Kami merasa bangga, karena Bupati dan Sekda Kotim bisa hadir pada Piodalan Agung di Pura Tribhuana Agung. Sekaligus juga memberikan bantuan dana untuk mendukung kegiatan keagamaan di tempat ibadah ini,” katanya.
Puncak Piodalan Agung dilaksanakan pada Minggu (22/1) lalu, yang dimulai dari pagi hingga sore. Ritual yang dilakukan berupa pembersihan tempat ibadah dan rangkaian peribadatan lainnya.
Piodalan Agung atau upacara Dewa Yadnya Melaspas seharusnya digelar tahun 2020 lalu. Namun, karena pandemi Covid-19, baru bisa dilaksanakan tahun ini.
”Kami bersyukur bisa dilaksanakan tahun ini. Kali ini merupakan yang terbesar, karena juga dilakukan Mupuk Pedagingan yang biasanya digelar 20 tahun sekali. Kalau teman-teman Muslim, kegiatan semacam ini mungkin seperti haul akbar,” ujarnya.