Cara Warga Desa Tumbang Mangkutup Manfaatkan Alam untuk Kehidupan

Kembangkan Budidaya Ikan Air Tawar, Jadi Upaya Ketahanan Pangan

desa tumbang mangkutup
BUDIDAYA: Warga Desa Tumbang Mangkutup memasukkan ikan hasil budidaya ke dalam keramba.

Desa Tumbang Mangkutup, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, merupakan salah satu desa yang ada di aliran Sungai Kapuas. Kawasan itu terbilang masih sangat asri, dengan suasana khas pedalaman Kalimantan.

SABRIANOOR, Kuala Kapuas | radarsampit.com

Bacaan Lainnya

Hidup di tengah alam, membuat warga Desa Tumbang Mangkutup berupaya memaksimalkannya untuk penghidupan, terutama meningkatkan ketahanan pangan.

Warga desa setempat mengembangkan dan mengolah sumber daya alamnya. Hal itu terlihat jelas di sepanjang Sungai Kapuas wilayah desa setempat, keramba ikan warga berderet rapi.

Menggunakan perahu ces, Kepala Desa Tumbang Mangkutup Suriato dan warga desa membawa beberapa bak berisi ikan air tawar hasil budidaya.

Setiap keramba yang ada di tepi sungai disinggahi, untuk dimasukkan ikan hasil budidaya yang akan dibesarkan kembali.

”Warga Desa Tumbang Mangkutup, khususnya kelompok perikanan usaha bersama melepas berbagai jenis ikan hasil budidaya ke keramba sungai,” kata Suriato, baru-baru ini.

Baca Juga :  Pelajar Kotim Lolos Seleksi 02SN Tingkat Provinsi Kalteng 

Suriato menjelaskan, ikan seperti baung, patin, dan ikan air tawar lainnya sebelumnya dikembangbiakkan dulu secara khusus oleh kelompok perikanan. Kemudian dimasukkan ke dalam keramba. Hal itu agar ikan semakin besar ketika dipanen.

”Alhamdulillah, warga selalu semangat dalam upaya ini dan keramba sudah langsung disuntik bibit baru untuk panen bulan berikutnya,” kata Suriato.

Suriato menuturkan, upaya warga membudidayakan ikan air tawar dengan keramba merupakan salah satu program ketahanan pangan di Desa Tumbang Mangkutup. Hasil ikan yang dibudidayakan biasanya untuk kebutuhan masyarakat desa sendiri.

Meskipun lokasinya terpencil, desa itu telah berkembang menjadi salah satu pusat penelitian kehutanan, baik dari mahasiswa maupun wisatawan luar negeri. Bahkan, baru-baru ini 40 orang peneliti dari Jepang melakukan risetnya tentang hutan di wilayah itu. (***/ign)



Pos terkait