Curah Hujan Berkurang, Status Kebencanaan di Kotim Diturunkan  

hujan
RAPAT KOORDINASI: Rapat koordinasi bersama instansi terkait membahas status tanggap darurat banjir di Ruang Pusdops, Kantor BPBD Kotim,Jumat (22/3/2024). (Istimewa)

SAMPIT, radarsampit.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim akhirnya menurunkan status tanggap darurat banjir ke transisi pemulihan yang dimulai 23 Februari 2024 – 5 April 2024.

“Berdasarkan informasi yang disampaikan BMKG, intensitas hujan dalam seminggu ke depan rendah. Jadi, disepakati bersama dilakukan penurunan status tanggap darurat banjir menjadi transisi pemulihan,” kata Alang Arinto, Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Kotim usai menggelar rapat koordinasi bersama instansi terkait di Ruang Pusdaops Kantor BPBD Kotim, Jumat (23/3/2024).

Bacaan Lainnya

Pemkab Kotim melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim  telah menetapkan status siaga darurat mulai 19 Desember 2023-17 Maret 2024.

Melihat situasi bencana banjir yang terus terjadi di sejumlah kecamatan selama beberapa minggu, BPBD Kotim kemudian meningkatkan status siaga menjadi 24 Februari – 8 Maret 2024 dan kemudian diperpanjang selama 14 hari sampai 22 Maret 2024.

Baca Juga :  PARAH!!! Fasilitas Umum Jadi Korban Angkutan Masuk Kota, Truknya Pelat Luar Pulau Pula

Selama tiga pekan terakhir, Kepala BPBD Kotim Multazam mengatakan tidak ada menerima laporan yang bencana banjir susulan.

“Kondisi banjir di beberapa kecamatan di Kotim sudah surut, tidak ada genangan. Makanya, pada status diturunkan ke transisi pemulihan ini BPBD Kotim akan menghitung kerusakan dan kerugian pascabencana,” kata Multazam.

Multazam mengatakan, bencana banjir yang terjadi beberapa pekan lalu disebabkan karena curah hujan yang cukup tinggi dengan durasi waktu lama yang tidak diimbangi dengan penyerapan pada tanah yang baik dan cukup menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di Kotim.

“Banjir di Kotim disebabkan oleh intensitas curah hujan tinggi dalam durasi yang cukup lama sehingga mengakibatkan sungai meluap dan tidak mampu menampung aliran permukaan yang berdampak pada air meluap hingga ke perumahan warga,” kata Multazam.

Di samping itu, terjadinya pendangkalan sungai akibat proses sedimentasi pada badan sungai di daerah hilir yang disebabkan karena degradasi lahan di daerah hulu yang mengakibatkann peningkatan koefisien aliran dan laju erosi.



Pos terkait