Feature merupakan karya jurnalistik yang penulisannya menggunakan gaya bahasa sastra, bercerita atau bertutur (story telling). Pada beberapa gaya penulisan, feature mengadopsi gaya penulisan cerpen atau novel.
”Ada sedikit perbedaan berita feature dari dari berita biasa. Menulis feature dibuat dengan runut dengan gaya bercerita, deskripsinya harus kuat yang menjadi salah satu poin penting, tidak jauh beda dengan novel,” katanya.
Meski begitu, dalam penulisan feature tetap merujuk pada kisah yang nyata atau benar-benar terjadi secara (faktual). Opini yang disisipkannya pun berdasarkan fakta. Berbeda dengan novel yang ceritanya bisa diambil kisah fiksi ataupun nonfiksi.
”Tentu saja menulis feature harus sesuai fakta di lapangan. Ada yang bertanya, bukankah berita tidak boleh beropini? Di dalam berita feature bisa beropini asalkan berdasarkan fakta, contohnya mendeskripsikasikan sosok petugas pemadam yang terlihat kelelahan memadam kebakaran lahan, opini yang ditulis hanya sebatas itu. Tidak boleh berlebihan,” katanya.
Poin keempat, pada penulisan feature umumnya mengandung sisi human interest, yakni memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi seperti menghibur, memunculkan empati, dan keharuan.
”Tantangan menulis feature harus bisa menggugah emosi pembaca. Di situ kita harus bisa mengulas hal-hal yang menarik dengan baik, sehingga pembaca bisa merasakan apa yang kita rasakan. Seolah-olah berada pada momen atau peristiwa yang didiskripsikan dalam isi berita,” katanya.
Lebih lanjut Gunawan memberikan empat tips dalam menulis feature, di antaranya harus melalui perencanaan matang, sehingga penulis dapat menemukan sisi menarik yang ingin ditonjolkan dalam isi berita.
”Perencanaan itu penting supaya berita yang ditulis bisa menghasilkan berita yang baik dan memikat pembaca,” katanya.
Saat meliput berita feature di lapangan, lanjut Gunawan, semua panca indra harus dimaksimalkan. Kepekaan terhadap lingkungan sekitar harus dipertajam.
”Ini yang membedakan berita feature berbeda dengan berita langsung. Semua panca indera kita harus dimaksimalkan. Contohnya, ketika di lapangan, apa yang kita dengar, lihat, dan rasakan, bisa dituangkan dalam tulisan,” ucapnya.