Dia melanjutkan, ada kalanya saat liputan, wartawan tidak bisa mengingat dengan jelas. Karena itulah perlunya mencatat atau merekam apa saja yang ditemui saat peliputan. Hal remeh temeh pun bisa jadi tulisan menarik apabila diulas dengan baik.
”Kelemahan kita dalam menulis feature, biasanya lupa, tidak mencatat. Ini penting untuk memperdalam pendeskripsian berita. Wartawan jangan lupa mencatat atau merekam langsung, sehingga kita bisa mengulang kejadian itu agar berita yang ditulis bisa lebih lengkap dan menarik,” katanya.
Tips keempat yang penting untuk diketahui dan dipraktikkan wartawan dalam menulis feature, perlu memperbanyak kosakata dan diksi dengan sering-sering membaca berita feature, investigasi, indepth news, atau novel.
”Memperbanyak referensi bacaan ini penting untuk memperkaya perbendaharaan kata dan menjadi senjata dalam profesi sebagai wartawan. Untuk mengisi amunisi itu, harus banyak membaca berita investigasi, novel, dan lain-lain. Semakin sering membaca, otak kita secara otomatis akan mengingat itu berulang-ulang dan itu akan memudahkan kita saat menulis berita feature,” katanya.
Gunawan juga membagikan beberapa contoh berita feature perjalanan dan feature sosok. Dalam penulisan berita feature, setiap media memiliki gaya penulisan yang berbeda.
Di akhir materinya, Gunawan menyarankan kepada peserta yang merupakan wartawan dari berbagai media untuk sesekali menulis berita feature. Selain itu, memotivasi diri dengan menetapkan tujuan untuk menulis berita.
”Tetapkan lah untuk apa kita menulis. Misalnya, untuk membantu orang melalui tulisan kita. Dengan seperti itu, kita akan menemukan gairah dalam menulus berita, karena tulisan kita bermanfaat untuk orang banyak,” katanya. (***/ign)