Di Atas Kertas Petahana Pilkada Kotim Unggul, Tapi Peluang Dua Penantang Masih Terbuka Lebar

ilustrasi pilkada kotim
Ilustrasi para kontestan Pilkada Kotim

SAMPIT, radarsampit.com – Pasangan petahana dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dinilai bakal sulit ditumbangkan penantangnya.

Meski demikian, peluang merebut kepemimpinan bukan mustahil jika siasat politik yang digunakan tepat untuk menggerus suara petahana.

Bacaan Lainnya

Kendati sempat diwarnai drama politik ganti pasangan, di atas kertas Halikinnor-Irawati dinilai masih lebih unggul.

Dua penantangnya, Sanidin-Siyono dan Rudini-Paisal Darmasing, harus kerja keras dengan waktu yang relatif singkat untuk mendulang suara.

Pengamat politik di Kotim Muhammad Gumarang mengatakan, kunci kesuksesan ketiga bakal paslon muara akhirnya adalah kemampuan logistik atau finansial masing-masing kandidat.

Sebab, tanpa ada logistik dan finansial yang kuat, mustahil meraih kemenangan dengan perolehan suara maksimal.

”Kalau tidak ada (modal besar, Red), maka saya kira hanya sebatas angan-angan untuk menang dengan suara maksimal,” kata Gumarang, Senin (2/9/2024).

Baca Juga :  Bertemu Rhoma Irama KW Sampit, Pekerjaannya Kapolri, Istri ke Luar Negeri

Selain kekuatan logistik, lanjut Gumarang, ada faktor lain yang juga turut andil menentukan kemenangan palson. Mengacu partai politik yang mengusung paslon, ketiganya sama-sama memiliki segmen basis pendukung.

Halikinnor-Irawati didukung koalisi besar, yakni PDIP, PKB, Nasdem, Demokrat, dan PSI.

”Kalau melihat dari koalisi, kemenangan berpihak kepada palson ini (Harati) kalau betul-betul linear dengan perolehan suara partai. Hanya saja, biasanya hasil ini tidak berbanding lurus, karena mesin partai kebanyakan tidak berjalan maksimal. Pertanyannya, apakah Halikinnor bisa mengefektifkan mesin partai ini nantinya?” ujar Gumarang.

Jualan Perubahan, Kampanye Negatif Bisa Jadi Senjata

Di sisi lain, kata Gumarang, petahana biasanya lebih mudah diserang melalui kebijakan yang telah dilakukan. Penantangnya bisa menjual perubahan. Selain itu, kampanye negatif terkait petahana juga bisa jadi senjata penantangnya.

Demokrasi memberikan ruang terhadap kampanye negatif, karena sesuai fakta dan rekam jejak kontestan. Berbeda dengan kampanye hitam yang biasanya diwarnai informasi palsu dan melanggar aturan.



Pos terkait