Suyoso berharap penerapan larangan membawa handphone ke sekolah segera ditindaklanjuti disertai dengn dukungan penyediaan akses digital bagi setiap sekolah.
“Semoga dorongan larangan ini dapat segera ditindaklanjuti dengan dukungan penyediaan akses digital yang lebih produktif antara lain pemenuhan jaringan internet ke seluruh wilayah yang bisa diakses melalui komputer atau tablet sehingga siswa terfasilitasi pembelajaran digitalnya tanpa membawa ponsel,” ujarnya.
Kebijakan larangan pelajar membawa handphone ke sekolah juga diterapkan di SMPN 2 Sampit. Meski demikian, pihak sekolah masih memperbolehkan muridnya membawa handphone ke sekolah pada mata pelajaran tertentu dengan pengawasan guru.
“Dulu memang sistemnya boleh bawa tetapi handphone dititipkan ketika pulang sekolah diambil. Tetapi, sistem ini cukup merepotkan guru karena ada 865 siswa yang terdiri dari 24 rombongan belajar yang setiap hari menyerahkan dan mengambil kembali handphone,” kata Rohana, Plt Kepala SMPN 2 Sampit, Rabu (23/4).
Oleh karena itu, mulai 9 April 2025 pihak sekolah sepenuhnya melarang murid-muridnya membawa handphone ke sekolah. “Memang ada orang tua wali murid yang setuju dan ada juga yang tidak setuju dengan alasan anaknya harus menelpon ketika jam pulang sekolah,” ujarnya.
Rohana menegaskan bahwa seluruh murid di SMPN 2 Sampit belajar di sekolah selama lima hari mulai pukul 06.30-14.00 WIB. Ia memastikan bahwa semua murid pulang sekolah tepat waktu.
“Kami jelaskan kepada orang tua wali murid bahwa sekolah punya jadwal masuk dan pulang sekolah. Kami pastikan semua murid pulang ontime dan apabila lebih dari satu jam atau jam 15.00 WIB ada murid kami yang belum dijemput, maka wali kelas kami yang akan menghubungi orang tuanya agar segera menjemput anaknya,” jelasnya.
Menurutnya, kebijakan larangan membawa handphone ke sekolah sudah sangat tepat diterapkan. Ia menilai semenjak penggunaan handphone terhadap pelajar tidak dikendalikan maka dapat membawa pengaruh terhadap karakter anak.
“Pengaruh handphone bagi murid itu luar biasa bisa merubah karakter anak menjadi pribadi yang acuh dan kurang peduli. Kurang interaksi dan komunikasi dengan teman-temannya, padahal tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat salah satunya bermasyarakat artinya bisa bersosialisasi dengan baik,” ujarnya.