DUH!!! Kawasan Hutan Kotim Kian Terancam, Program Plasma Perkebunan Berpotensi Gerus Hutan

kawasan hutan kian terancam
Ilustrasi. (M Faisal/Radar Sampit)

”Kami bukannya tidak pro masyarakat. Kalau tidak bisa dibangun kebun plasma, ya bangun usaha ekonomi produktif masyarakat. Bisa peternakan, UMKM, dan perikanan. Intinya, 20 persen itu bisa saja kegiatan ekonomi produktif,” ujarnya.

Catatan Radar Sampit, semakin berkurangnya kawasan hutan berkaitan erat dengan kian parahnya bencana banjir di Kabupaten Kotawaringin Timur. Ketua Komisi I DPRD Kotim Rimbun sebelumnya mengatakan, luasan hutan di Kotim sudah hampir sulit dicari. Kalaupun ada, tidak lebih dari sepuluh persen luasan Kotim.

Bacaan Lainnya

Menyusutnya hutan, lanjutnya, karena pembukaan lahan oleh perkebunan yang masif. Berdasarkan peta, kawasan hutan Kotim tercatat 70 persen. Akan tetapi, karena pembukaan lahan, hanya tinggal 30 persen dari 1.554.456 hektare total luas Kotim.

”Artinya, mengacu aturan, sisa luasan hutan di Kotim berada pada batas minimum. Tapi, secara faktual saya menyakini tidak  lebih dari sepuluh persen sisa hutan yang ada kayunya. Kalau kawasan hutan mungkin saja 30 persen, tapi tidak ada kayu sebagai penyangga kehidupan,” ujar Rimbun, beberapa waktu lalu.

Baca Juga :  Peran Aktif Bank Penting Dalam Penyelidikan

Pada 2016 lalu, saat kewenangan kehutanan masih dipegang kabupaten, Pemkab Kotim mempertahankan lahan kritis. Kemudian diusulkan untuk pencadangan ke pemerintah pusat seluas 68 ribu hektare. Namun, yang disetujui hanya 30 ribu hektare.

Luasan hutan Kotim akan terancam jika tidak dilakukan pengawasan ketat dan pengembalian kawasan hutan. Idealnya, kawasan hutan yang tersisa minimal 40 persen. Sebesar 60 persennya digunakan untuk kawasan investasi kehutanan dan perkebunan, termasuk permukiman.

Rimbun menegaskan, langkah nyata untuk merestorasi hutan harus dilakukan. Tidak cukup ketika musim hujan datang dan banjir melanda, pemerintah membagikan bantuan. Apabila tidak ada penanganan nyata, dalam 20 tahun ke depan Kota Sampit tidak menutup kemungkinan akan direndam banjir dari air hujan.

”Banjir kiriman dari wilayah hulu akan menjadikan sungai-sungai besar tidak bisa menampung air kiriman tersebut. Sekarang saja daerah yang belum ada sejarah kena banjir sudah kena. Artinya, dari tahun ke tahun banjir terus meluas,” katanya. (ang/ign)



Pos terkait