Untuk depo besar memiliki kapasitas yang dapat menampung sampah sebanyak 200 ton. Sedangkan, untuk depo mini seperti di Jalan Tidar, daya tampung hanya berkapasitas 50 ton.
Gatot mengatakan DLH Kotim telah melakukan pemetaan di perkotaan Sampit. Dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) sudah diperhitungkan dari jumlah kepadatan penduduk dan luas areal permukiman Kota Sampit idealnya memiliki 15 depo.
“Di wilayah MB Ketapang minimal perlu disediakan delapan depo. Sekarang yang sudah terbangun ada enam depo. Setiap tahun minimal dibangun satu depo, tetapi karena keterbatasan anggaran, pemerintah daerah hanya bisa membangun delapan depo yang tersebar perkotaan Sampit,” katanya.
Keberadaan depo sangat membantu mengatasi persoalan tumpukan sampah yang berserakan di tepian jalan. Sebelum ada depo, sampah-sampah di TPS berhamburan. Ukurannya yang hanya 1 meter x 2 meter tidak cukup menampung sampah sehingga sampah sampai berserakan ke jalan. Setelah dibangun depo yang lebih luas dengan daya tampung sampah lebih banyak, DLH Kotim sudah menghancurkan dan menutup 151 TPS di Kota Sampit.
“Dengan dibangunnya depo, ada 151 TPS yang sudah ditutup. Tetapi, karena depo di wilayah Kecamatan Baamang hanya tersedia dua depo di Jalan Tidar dan Cristopel Mihing, sehingga masih ada kurang lebih 8 TPS lagi yang belum ditutup. Letaknya di Kelurahan Baamang Hulu ada enam titik di Jalan Muchran Ali, dekat Kantor Lurah Baamang Hulu dan sisanya di Baamang Hilir dekat jembatan sekitar rumah makan Kampung Ulin,” tandasnya. (hgn/yit)