Fokus Pemberantasan Nyamuk DBD di Sekolah Dasar

demam berdarah
ilustrasi

SAMPIT, radarsampit.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotawaringin Timur menjadikan sekolah dasar (SD) sebagai fokus kegiatan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD).

”Memang saat ini ada peningkatan kasus DBD. Dari Januari hingga November ini sudah ada 441 kasus yang didominasi anak SD,” kata Kepala Dinkes Kotawaringin Timur Umar Kaderi di Sampit, Minggu (19/11/2023).

Bacaan Lainnya

Pihaknya mencatat sekitar 43 persen kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di wilayah setempat diderita anak SD atau 189 dari 441 kasus.

Pengelompokan jumlah kasus DBD, lanjutnya, berdasarkan jenjang pendidikan antara lain, belum sekolah (59), TK (51), SD (189), SMP (54), SMA (33), dan yang sudah lulus (55 ). Dari data tersebut tampak perbandingan kasus DBD yang didominasi pelajar SD.

Berdasarkan survei timnya di lapangan, kata dia, di sekolah banyak tempat yang bisa menjadi sarang berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti yang dapat menularkan virus DBD, seperti pot bunga dan kaleng bekas yang dapat digenangi air saat musim hujan. Selain itu bak air di toilet yang jarang dibersihkan.

Baca Juga :  Pegawai RSUD dr Murjani Sampit Berkurban Tiga Ekor Sapi

”Nyamuk itu biasanya berkembang biak di air yang jernih dan tidak mengalir. Hasil survei kami, di lingkungan SD itu bak mandinya jarang dikuras dan juga terdapat banyak pot bunga yang bisa digenangi air saat musim hujan,” ujarnya.

Karena itu, pihaknya menjadikan sekolah sebagai sasaran PSN dan berharap gerakan PSN ini tidak hanya dilakukan oleh Dinkes, tapi juga pihak sekolah dan masyarakat.

Pihaknya juga tetap melakukan fogging atau pengasapan di lokasi yang terindikasi ada penderita DBD. Namun fogging hanya bisa membasmi nyamuk dewasa, tidak jentik nyamuk, sehingga untuk hasil yang lebih baik adalah melalui PSN.

Selain itu, Dinkes juga berupaya meningkatkan kesadaran para pelajar terkait potensi tertular DBD dan dampaknya dengan menggelar lomba membuat video pendek penyuluhan DBD untuk pelajar SD dan SMP.

”Karena media sosial itu semacam primadona untuk anak-anak zaman sekarang. Jadi video itu selanjutnya kami unggah ke media sosial supaya ditonton mereka,” jelasnya.



Pos terkait