Gempa di Sampit Tergolong Tektonik, Jadi yang Pertama di Kotim

gempa
Ilustrasi gempa. (net)

Radarsampit.com – Kepala BMKG Kotim Stasiun Bandara Haji Asan Sampit Musuhanaya mengatakan, berdasarkan peta kejadian dari tahun 1915-2022, gempa bumi belum pernah terjadi di Kotim. Guncangan pada Senin dini hari itu merupakan pertama kalinya.

Informasi dihimpun Radar Sampit, gempa yang terjadi di Kotim tergolong gempa tektonik yang disebabkan gerakan lempeng tektonik yang dapat terjadi di darat atau laut. Guncangannya dapat menyebabkan kerusakan serius apabila terjadi dekat permukaan bumi.

Bacaan Lainnya

Lempeng tektonik merupakan lapisan kulit bumi yang terdiri dari batuan dan mineral yang bergerak secara perlahan di atas lapisan mantel bumi yang lebih dalam. Lempeng tektonik terbentuk dari material yang dilepaskan dari magma di kulit bumi, yang kemudian mengeras menjadi batuan.

Lempeng tektonik dapat bergerak secara horizontal atau vertikal, dan interaksi antarlempeng tektonik dapat menyebabkan gempa tektonik, sesar, dan aktivitas gunung berapi.

Baca Juga :  Hakim Hukum Mati Pemerkosa Belasan Santri

Gempa tektonik biasanya dapat terjadi di wilayah yang berada di sepanjang batas lempeng tektonik. Seperti di sepanjang garis sesar atau daerah subduction zone, yang merupakan daerah di mana salah satu lempeng tektonik terangkat atau tertarik ke bawah lempeng lainnya.

Meskipun Kotim tidak ada gunung dan hanya memiliki daerah perbukitan, tak bisa dikatakan bebas gempa. Pasalnya, gempa tektonik dapat terjadi di daerah mana saja, meskipun tingkat risiko dan dampak bahayanya tidak separah seperti gempa vulkanik yang disebabkan aktivitas gunung merapi.

”Betul, gempa bisa terjadi di mana saja, termasuk Kotim yang belum pernah sama sekali mengalami gempa. Biar pun jarang atau tidak pernah sama sekali, paling tidak bisa saja terkena rambatannya,” katanya.

Musuhanaya melanjutkan, untuk mendeteksi gempa, di Kalteng sudah terpasang beberapa alat sensor di Kabupaten Katingan, Palangka Raya, Barito Selatan, Barito Utara, dan Kotawaringin Barat. ”Kotim belum memiliki alat sensor gempa, sehingga kami hanya menerima informasi dari BMKG Sleman dan Balikpapan, serta laporan informasi dari masyarakat,” katanya.



Pos terkait