Gerakan Dukung Kotak Kosong Mulai Menggema di Berbagai Daerah  

Calon Tunggal Menghadapi 'Lawan tanpa Bentuk'

ilustrasi kotak kosong
Ilustrasi

Beragam taktik disiapkan para calon kepala daerah yang bakal berhadapan dengan kotak kosong: dari kampanye dialogis sampai iming-iming motor. Di sisi lain, yang terang-terangan mendukung kotak kosong pun tak main-main: mulai menyiapkan saksi sampai menyiapkan tim pemenangan.

Politik itu seni ’’apa saja mungkin”. Yang dulu teriak perubahan sekarang merapat ke pemerintahan. Batasan umur untuk bisa nyalon hari ini sekian, besok bisa saja segitu. Dan, ya, kotak kosong pun punya peluang untuk menang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024.

Bacaan Lainnya

Sebab, di dalam kotak kosong itu sejatinya ada harapan yang tak terwujud, kekecewaan kepada sistem atau person, atau sebentuk perlawanan massa mengambang. Ingat, ingatlah, Pemilihan Wali Kota Makassar 2018: kotak kosong menang dengan beda suara 6 persen lebih!

’’Hasil pemetaan kami, sama-sama beratnya (antara melawan kotak kosong atau melawan pasangan calon lain). Risikonya sama, biayanya juga sama. Karena targetnya kan harus menang,’’ kata Nurjayanto, ketua tim pemenangan Etik Suryani-Eko Sapto Purnomo, calon tunggal di pemilihan bupati-wakil bupati Sukoharjo, Jawa Tengah, kepada Jawa Pos Radar Solo.

Baca Juga :  Megawati Umumkan Rekomendasi PDIP untuk Pilkada Serentak Awal Agustus

Menangnya pun ada syarat berat: harus minimal 50 persen plus 1. Kalau tidak, pilkada bakal dihelat ulang tahun depan dan daerah tersebut untuk sementara dipimpin pelaksana tugas.

Komisi Pemilihan Umum akan mengumumkan penetapan hari ini (22/9). Data sampai dengan kemarin (21/9), ada 35 daerah dengan calon tunggal dalam pilkada November mendatang (selengkapnya lihat grafis).

Padahal, seperti halnya duet Etik-Eko di Sukoharjo yang didukung 12 partai, rata-rata calon tunggal didukung koalisi besar.

Pasangan Adi Wibowo-Muhammad Nawawi di Kota Pasuruan, Jawa Timur, misalnya, disokong semua partai pemilik 30 kursi di parlemen. Begitu pula duet Paramitha Widya Kusuma-Wurja di pilbub Brebes, Jawa Tengah, yang mengantongi dukungan 11 partai.

Pasangan petahana di pilwali Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji, bahkan didukung 18 partai. Adapun di pilbup Gresik, kabupaten tetangga Surabaya, terdapat 17 mesin politik partai yang berada di belakang calon tunggal Fandi Akhmad Yani-Asluchul Alif.

Tak Bisa Adu Program

Berapa pun partai yang mendukung, semua tahu, tak ada waktu buat leha-leha. Sebab, terkadang  realitas di akar rumput tidak selalu linier dengan yang tampak di permukaan. Perubahan dinamis di tengah masyarakat saat menentukan arah dukungan setiap saat bisa terjadi.



Pos terkait