PALANGKA RAYA – Lonjakan harga minyak goreng yang terjadi sejak awal tahun kemarin belum mampu dikendalikan hingga saat ini. Kondisi ini tentunya cukup memberatkan masyarakat, baik untuk keperluan rumah tangga ataupun kebutuhan usaha.
Meski pemerintah sudah menetapkan ketentuan satu harga yakni Rp 14 ribu per liter, namun nyatanya hingga saat ketentuan tersebut belum menyentuh pasar. Seperti halnya di Kota Palangka Raya, minyak goreng kemasan rata-rata dijual dengan harga Rp 22 ribu per liter.
Terkait hal tersebut, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalteng, meminta pemerintah provinsi melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) tidak hanya memantau harga, tetapi juga mencari terobosan agar harga minyak goreng bisa dikendalikan.
“Kita tentunya berharap masyarakat bisa mendapat minyak goreng denga harga yang terjangkau, kemudian juga inflasi bisa dikendalikan terkait dengan stabilitas harga komoditas tersebut,” kata Kepala BI Kalteng, Yura Djalins, kemarin.
Dikatakannya, dampak kenaikan harga minyak goreng tersebut dapat terlihat dari pengaruhnya terhadap tingkat inflasi di bulan Januari kemarin. Hal ini tentu menjadi peringatan bagi semua pihak untuk mencari langkah pengendalian harga, sehingga pengaruh kenaikan harga komoditas tersebut tidak terus-terusan terjadi.
“Kalau di Januari kemarin (inflasi, Red) itukan pengaruhnya oleh gas elpiji dan termasuk minyak goreng yang kita tahu harganya sudah naik sejak awal tahun,” ucapnya.
Pemerintah dalam hal ini, ucap dia, harus merangkul dan berbicara dengan para produsen minyak goreng guna merumuskan langkah yang perlu dilakukan terkait penyesuaian harga yang wajar atau sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah.
“Saya rasa sejauh ini dari Pemprov juga sudah melakukan upaya tersebut dan mendorong produsen agar melepas produknya dengan harga yang wajar,” ucapnya.
Lebih lanjut Yura menjelaskan, kenaikan harga minyak goreng ini memang dipengaruhi olen naiknya harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO). Dimana perkembangan terakhirnya sudah menyentuh 1.400 Dollar per matrik ton di pasar global. Harga tersebut naik signifikan dari normalnya yang hanya berkisar 600-800 Dollar pe matrik ton.