Jadi Langgaran Banjir, Warga Desa Rantau Suang Minta Relokasi

banjir
MINTA RELOKASI: Kondisi banjir di Desa Rantau Suang, Kecamatan Telaga Antang, pada 8 Oktober lalu.

SAMPIT, radarsampit.com – Warga Desa Rantau Suang, Kecamatan Telaga Antang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), menjerit. Desanya yang terletak di pinggir Sungai Mentaya kerap dilanda banjir yang mengancam keselamatan. Mereka meminta pemerintah merelokasi ke tempat yang lebih aman.

”Banjir terakhir kami rasakan baru-baru ini pada 8 Oktober 2024.  Air sungai tiba-tiba meluap tanpa ada hujan di desa kami. Air naik sekitar satu meter dalam waktu singkat dan arusnya sangat deras,” kata Sider, Kepala Desa Rantau Suang.

Bacaan Lainnya

Sider menyampaikan hal tersebut saat rapat koordinasi terkait potensi ancaman bencana banjir di Pusdalops Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, pekan lalu.

Sider menjelaskan, meski banjir biasanya tidak berlangsung lama, rata-rata sekitar 6-9 jam, namun arus air cukup deras dan membahayakan. “Banyak bibit ternak, seperti babi dan ayam hanyut terbawa arus, karena tidak sempat dievakuasi dan akses jalan nyaris terputus,” katanya.

Baca Juga :  Terjaring Razia Polisi, Motor Pembalap Liar Dikandangkan

Menurut Sider, banjir di Desa Rantau Suang sering terjadi mendadak, meski tidak ada hujan di wilayah tersebut. ”Hal ini diduga karena hujan di daerah hulu sungai yang menyebabkan sungai meluap tiba-tiba,” jelasnya.

Kondisi ini telah terjadi selama bertahun-tahun. Bahkan, banjir besar pada tahun 2001 setinggi 3 meter menyebabkan dua rumah hanyut.

”Warga memang ingin direlokasi. Saya bahkan bersedia menghibahkan tanah saya sendiri jika ada bantuan dari pemerintah untuk membangun perumahan baru yang lebih aman,” ujar Sider.

Di Desa Rantau Suang terdapat 40 rumah yang didiami 51 KK yang selalu terdampak banjir. Rumah tersebut terbuat dari kayu yang saat ini sudah tua, dikhawatirkan terbawa arus saat banjir.

Mereka berharap direlokasi seperti beberapa tahun lalu. Sejumlah warga yang tidak memiliki tempat tinggal di desa tersebut, dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi.

Menurutnya, dulu pernah ada Bina Desa. Warga yang tidak punya rumah dipindahkan, sementara yang punya rumah masih bertahan di lokasi itu, dan sampai sekarang terdampak banjir. (yn/ign)



Pos terkait