Pemkab sudah berupaya bersurat ke Wings Air untuk menyediakan pesawat lain dengan tipe sama agar dapat melayani masyarakat yang ingin menuju rute Sampit-Surabaya, namun belum terealisasi.
Upaya yang sama juga dilakukan Dishub Kotim kepada NAM Air agar pihak maskapai dapat menyediakan layanan rute Sampit-Surabaya. Dishub berharap NAM Air bisa menyediakan rute Sampit-Jakarta dan Sampit-Surabaya.
Upaya penjajakan juga akan ditempuh Pemkab Kotim dengan berkomunikasi ke Citilink yang juga pernah beroperasi di Bandara Haji Asan Sampit.
Lebih lanjut Rody mengatakan, masalah infrastruktur landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit yang belum memadai menjadi masalah krusial yang dihadapi saat ini.
Pasalnya, landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit yang ada saat ini hanya dapat diakses oleh pesawat dengan type 737 500 atau type ATR 72-500.
”Informasi yang saya terima dari Kemenhub, pesawat dengan type 737-500 dan ATR itu sangat terbatas, jumlahnya hanya tersisa tiga unit. Sementara yang tersedia pasaran itu type pesawat 737-800 dan Air Bush 320 yang masalahnya pesawat dengan type ini tidak bisa mendarat di Bandara Haji Asan Sampit karena infrastruktur landasan pacu bandara belum memadai untuk pesawat besar,” katanya.
Menyikapi masalah ini, Pemkab Kotim masih berupaya mewujudkan pengembangan landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit dengan melakukan upaya perluasan landasan pacu dari panjang semula 2.060 meter menjadi 2.260 meter dan pelebaran 30 meter menjadi 45 meter.
Bupati Kotim Halikinnor juga telah beberapa kali menghadap Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan membahas hal tersebut.
Terakhir, pada 10 Juni 2024 lalu, Bupati Kotim menandatangani kesepakatan dengan Dirjen Perhubungan terkait hibah tanah untuk perpanjangan runway dan dalam kesepakatan itu pengembangan bandara akan dilakukan bertahap selama 2024-2027. (ang/yit)