Ke Padepokan Anti Galau Ujang Bustomi, Rujukan Timses dan Caleg yang Gagal

Yang Datang lalu Omong Ngelantur Pasti karena Gagal di Pemilu  

boks
PROSES PENGOBATAN: Ujang Bustomi melayani pasien di Padepokkan Anti Galau di Desa Sinarrancang, Kabupaten Cirebon (25/2/2024). (HILMI SETIAWAN/JAWA POS)

Pasien Ujang Bustomi kebanyakan timses yang cemas dikejar-kejar caleg atau dilaporkan polisi. Level pengobatan dinasihati dulu, kalau tak mempan dirukyah, dan jalan terakhir dimandikan.

M HILMI SETIAWAN, Cirebon| radarsampit.com

Bacaan Lainnya

SARUNG tangan karet masih melekat di kedua tangan. Perlahan Ujang Bustomi menyeka keringat di wajah.

Jam baru sedikit lepas dari pukul 14.00 pada Minggu (25/2/2024) lalu. Ujang baru selesai menangani pasien dengan beragam keluhan di sesi siang yang dimulai sekitar pukul 12.30.

Hanya dalam waktu satu setengah jam sudah 150 pasien yang dia tangani di pendopo di seberang tempat tinggalnya di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Terhitung sangat cepat dan tentu saja lumayan melelahkan yang tergambar dari keringat di wajahnya.

Dalam satu hari, Padepokan Anti Galau milik Ujang membuka dua kali sesi pelayanan. Masing-masing menyediakan kuota 150 orang.

Baca Juga :  KERAS!!! Perkebunan di Kotim Ini Bakal Diseret ke Peradilan Adat

Praktik siang dimulai pukul 12.30. Praktik malam dilaksanakan mulai pukul 20.30.

Pelayanan setiap pasien cukup singkat. Sekali panggil 5–10 pasien terlayani. Pada Minggu siang yang ramai itu, Jawa Pos harus antre bersama para pasien lain karena Ujang baru bisa melayani tamu untuk keperluan lain selepas pukul 14.00.

Pria kelahiran 9 Februari 1982 itu menjelaskan, secara spesifik jarang ada pasien yang menulis atau menunjukkan identitasnya sebagai tim sukses (timses) atau calon anggota legislatif (caleg). Tapi, pada kasus tertentu, Ujang sudah kenal sosok yang berobat.

Ketika ada yang datang dan omongannya melantur, Ujang segera tahu bahwa pemicunya pasti terkait kegagalan dalam kontestasi pemilu.

Untuk Pemilu 2024, golongan timses mendominasi ketimbang calegnya. Dia memperkirakan tidak kurang dari 70 orang timses yang berkonsultasi karena kena mental. Sedangkan untuk caleg lebih sedikit, tetapi jumlahnya lebih dari 10 orang.

”Mereka itu (caleg dan timses) intinya tidak siap kalah. Jadi, mentalnya seperti itu, jadi error (galat),” katanya.

Ujang mengelompokkan tingkat serangan mental menjadi tiga: ringan, sedang, dan berat. Kalau sudah masuk kategori berat, dia menganjurkan untuk ikut perawatan di rumah sakit jiwa.



Pos terkait