Ke Padepokan Anti Galau Ujang Bustomi, Rujukan Timses dan Caleg yang Gagal

Yang Datang lalu Omong Ngelantur Pasti karena Gagal di Pemilu  

boks
PROSES PENGOBATAN: Ujang Bustomi melayani pasien di Padepokkan Anti Galau di Desa Sinarrancang, Kabupaten Cirebon (25/2/2024). (HILMI SETIAWAN/JAWA POS)

Ujang menyebut masuk ke politik itu harus memiliki jiwa petarung. Juga tidak boleh baperan.

”Yang abadi di politik itu kan kepentingan. Berbeda dengan persaudaraan seperti saya dengan Anda, abadi selawase,” tuturnya.

Bacaan Lainnya

Dardi, ketua RW III Desa Sinarrancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, tempat Padepokan Anti Galau berada, mengatakan, Ujang  bersedia menerima uang pemberian dari pasiennya.

”Pasien yang sudah berobat pulangnya menaruh uang di kardus,” katanya.

Besarannya diserahkan ke pasien. Ada yang Rp 50 ribu, Rp 100 ribu, atau pecahan lainnya. Pasien yang sudah berobat akan mendapatkan air putih dalam kemasan botol plastik.

Pasien dengan tingkat kesakitan yang biasa pulang dengan membawa satu botol air mineral. Tetapi, untuk tingkat kesakitan lebih tinggi, akan mendapatkan tambahan botol.

”Jika mendapatkan botol berlabel merah, ada dugaan penyakitnya mendapatkan gangguan dari pihak luar,” kata Dardi.

Baca Juga :  Enam Orang Jadi Tersangka, Satu Anggota PPLN Kuala Lumpur Berstatus DPO

Kemampuan Ujang menangani penyakit, tambah Dardi, menurun dari orang tuanya yang wafat pada 2004. Ujang lantas melanjutkannya. Sampai akhirnya dia mendirikan Padepokan Anti Galau pada 2013.

Selain membuka layanan pengobatan, Padepokan Anti Galau membuka pesantren. Saat ini jumlah santrinya 120 orang. Mereka berasal dari Banten, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sejumlah daerah lain. Aturan yang diterapkan di sini kepada para santri: disiplin puasa, zikir, dan ngaji. (*/c19/ttg/jpg)



Pos terkait