Pabrik yang diperkirakan akan rampung dalam waktu satu tahun ini dijadwalkan dimulai pada 2025 ini.
Proyek ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara CEO Nusa Suriamas Group, Abu Sarin Baha, dan Pemerintah Kabupaten Kotim, yang dilakukan pada awal Maret lalu bersama Bupati Kotim Halikinnor.
Saat itu, Bupati Kotim Halikinnor menyatakan, proyek pabrik pengelolaan limbah medis ini sempat terkendala oleh persoalan lokasi. Sebelumnya, rencana pembangunan pabrik sempat gagal karena lokasi yang disiapkan berada di kawasan TPA yang tidak memenuhi syarat sebagai kawasan industri.
Namun, dengan hadirnya investor baru ini, rencana pembangunan pabrik pengelolaan limbah medis kembali bergulir. Bahkan, ke depan, Nusa Suriamas Group berencana untuk mengelola limbah rumah tangga setelah pabrik limbah medis ini selesai dibangun.
”Lahan yang tersedia lebih dari empat hektare, padahal kebutuhan awal hanya sekitar 4.000 meter persegi. Ini tentu masih luas untuk pengembangan,” kata Halikinnor pada saat itu.
CEO Nusa Suriamas Group, Abu Sarin Baha, menjelaskan, pihaknya akan membawa teknologi pengelolaan limbah medis berkualitas tinggi dari Korea Selatan. Mesin tersebut dirancang khusus untuk menangani limbah medis berisiko tinggi dengan kapasitas awal 7,2 ton per hari.
”Dengan adanya pabrik ini, pengelolaan limbah medis yang selama ini harus dikirim ke luar daerah akan dapat ditangani langsung di Kotim. Kami berkomitmen penuh untuk investasi ini dan berharap dapat memberikan manfaat besar bagi Kotim,” ujar Abu Sarin.
Proyek ini juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Abu Sarin optimis proyek ini dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif bagi pembangunan ekonomi dan lingkungan di Kotawaringin Timur.
”Selama dua bulan pertama sejak Maret 2025, kami melakukan studi kelayakan dan pengurusan izin. Setelah itu, kami menargetkan proses pengiriman mesin dan pembangunan fasilitas pabrik selesai dalam waktu satu tahun,” kata Abu Sarin, yang menambahkan, mesin pertama diperkirakan akan tiba tujuh bulan setelah studi kelayakan.