Ketika PMI Kotim Sering Merugi gara-gara Ini, Berharap Subsidi Pemerintah

donor darah
MERUGI: Sejumlah orang mendonorkan darahnya di PMI Kotim, beberapa waktu lalu. (HENY/RADAR SAMPIT)

Kalau di kota besar, dia mencontohkan, menyediakan 10 kantong bisa saja terpakai semua. Tetapi, di Sampit pihaknya siapkan 10 kantong trombosit, belum tentu semua terpakai.

”Jika tidak disediakan, ini menyangkut nyawa. Kasihan saudara kita yang membutuhkannya, tetapi kami sediakan belum tentu habis terpakai dan kami selalu rugi,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Berkaitan hal itu, Yuendrie mengaku beberapa kali menyampaikan persoalan itu kepada Pemkab dan DPRD Kotim agar dapat memberikan subsidi. ”Kalau kami gak nyediakan trombosit, nyawa manusia taruhannya. Jadi, apabila masih tersisa, pemerintah yang memberikan subsidi agar UDD PMI tidak merugi dan trombosit dapat selalu disediakan tanpa khawatir bayang-bayang kerugian,” ujarnya.

Yuendrie menjelaskan, dalam Pasal 4 PP Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah menyebutkan, pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap pelayanan darah yang aman, mudah diakses, dan sesuai kebutuhan masyarakat. Dalam Pasal 5, pemerintah daerah bertanggung jawab mendorong penelitian dan pengembangan kegiatan pelayanan darah untuk kepentingan pelayanan kesehatan.

Baca Juga :  Tumbang Kalang Bakal Jadi Desa Toleransi Umat Beragama

Kemudian, Pasal 6, pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap pendanaan pelayanan darah dalam rangka jaminan ketersediaan darah untuk kepentingan pelayanan kesehatan.

”Sering saya sampaikan terkait masalah ini ke Bupati dan ke DPRD. Kalau memang tidak bisa memberikan subsidi menutupi biaya produksi trombosit, paling gak kami berharap pemerintah bisa bantu menyediakan kantong darah. Permintaan saya ini bukan untuk kepentingan saya pribadi, tetapi demi menjalankan misi kemanusiaan. Saya juga khawatir, kalau terus rugi begini, lama-lama UDD PMI bisa bangkrut,” ujar Yuendrie.

Selama ini, lanjutnya, UDD PMI hanya mengharapkan bantuan dari dermawan. ”Ibaratnya saya sampai ngemis, ketika donor darah, saya minta tolong, anak buah saya dijemput ya. Bukan ngemis barang atau ngemis uang, tapi minta dibantu operasional layanannya,” ujarnya.

”Beberapa waktu lalu ada pasien yang transfusi 70 kantong dan meninggal, keluarganya nyumbang susu beruang dan kacang hijau. Itu sangat membantu kami mengurangi belanja konsumsi. Minuman sehat ini kami berikan ke semua pendonor setelah ia selesai mendonorkan darahnya,” ujarnya.



Pos terkait