Ketua DPC Demokrat Kotim Dijegal sebelum Berlayar

JHON KRISLI
Jhon Krisli (kanan)

SAMPIT, radarsampit.com – Persaingan politik dalam Pilkada Kotim diwarnai penjegalan. Bakal calon bupati Kotim Jhon Krisli mengaku menjadi korban intrik lawan politiknya. Ketua DPC Demokrat Kotim tersebut harus mengubur dalam hasrat politiknya berlaga dalam gelanggang pilkada.

”Saya mengambil hikmah dari rintangan untuk maju bertarung pada Pilkada 2024. Selalu diwarnai berbagai halangan. Saya ambil hikmah dan positifnya saja,” kata Jhon, Kamis (30/8/2024) lalu.

Bacaan Lainnya

Jhon mengaku mengetahui adanya upaya penjegalan melalui operasi sistemik yang dirancang untuk menghalanginya menjadi kontestan. Di sisi lain, kegagalannya maju membuktikan persaingan politik di Kotim bukan hanya ditingkat lokal, namun sampai pada elite politik di Jakarta.

Mantan Ketua DPRD Kotim itu sebelumnya telah mendeklarasikan diri maju. Sejumlah sosok sempat disebut-sebut akan mendampinginya. Dimulai dari Rudini hingga Siyono.

Dia gagal duet dengan Siyono setelah Golkar merekomendasikan Sanidin bersanding dengan mantan Camat Parenggean tersebut.

Baca Juga :  Bukti Harati Pecah Kongsi? Halikinnor vs Irawati Berebut Tiket Gerindra untuk Maju Pilkada

Namanya juga sempat disebut-sebut akan kembali berpasangan dengan Rudini saat pendaftaran telah dibuka. Namun, Rudini akhirnya berpasangan dengan Paisal Darmasing, nama yang selama ini nyaris tak pernah muncul dan jauh dari perkiraan publik.

”Sebenarnya, kalau dikatakan kecewa, ya pasti ada dan itu manusiawi saja. Tetapi, saya mencoba mengambil bahwa ini mungkin ada positifnya,” kata Jhon di sela-sela mendampingi pendaftaran Halikinnor-Irawati.

Jhon mengungkapkan, upayanya maju dengan melakukan sosialisasi hingga lobi politik harus merogoh koceknya.

Dia pun sempat menurunkan tim survei dengan dana tak sedikit. Namun, dia menolak menyebut biaya yang telah dihabiskan. Hanya saja, nilainya mencapai miliaran.

”Ada biayanya. Selama saya sosialisasi saya bikin baliho dan lain sebagainya, serta biaya tim di lapangan hingga menurunkan tim survei. Semua perlu biaya. Tapi, itulah politik,” ujarnya.

Jhon menambahkan, keluarnya putusan MK sempat memberinya harapan. Dia meyakini bisa maju melalui Demokrat. Namun, lagi-lagi di detik akhir dia mendapatkan informasi  yang tak menguntungkan.



Pos terkait