Khidmat dan Penuh Mistis, Ini yang Dilakukan Warga Lamandau Sebelum Festival Babukung Diselenggarakan

ritual suku dayak
RITUAL: Sebelum festival Babukung, penyelenggara menggelar ritual adat padah pamit yang berharap kegiatan budaya ini bisa berjalan lancar dan tak ada kendala. (RIA M. ANGGREANY/RADAR SAMPIT)

NANGA BULIK, radarsampit.com – Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau menggelar ritual adat padah pamit di alun-alun kota Nanga Bulik, Rabu (7/8/24).

Ritual bertujuan untuk berpamitan kepada leluhur sebelum festival Babukung dimulai pada Kamis (8/8/2024). Penyelenggara berharap kegitan budaya ini bisa berjalan lancar dan tidak ada kendala.

Bacaan Lainnya

Babukung adalah ritual adat kematian bagi masyarakat Hindu Kaharingan. Acara ini sejatinya hanya boleh dilakukan saat ada kematian. Tujuannya, untuk mengantarkan bantuan dan memberikan penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Dalam acara Babukung terpendam makna gotong-royong. Saat ada warga yang meninggal, warga lain akan datang menggunakan topeng Bukung dan mengantarkan bantuan kepada yang berdukacita.

Musiknya pun khas, yakni musik Batipa. Dahulu, Babukung hanya boleh dilaksanakan saat ada orang yang meninggal dunia.

Di luar moment itu, dianggap melanggar adat atau pamali sebab bukan merupakan adat orang hidup. Karenanya  para Demang adat kemarin memberikan kamuh (denda adat) kepada penyelenggara berupa 5 pulau (guci/tempayan) untuk memenuhi persyaratan terselenggaranya festival Babukung.

Baca Juga :  Korban Kelotok Terbalik di Pulang Pisau Ditemukan Meninggal

Festival Babukung sendiri mulai diselenggarakan sejak tahun 2014 lalu sebagai upaya untuk mengenalkan budaya tradisional ke dunia luar sekaligus  melestarikan adat dan budaya.

“Supaya tidak ada musibah dalam pelaksanaannya, hari ini kita melaksanakan ritual adat padah pamit. Untuk meminta izin kepada leluhur agar selama pelaksanaan festival Babukung, seluruh peserta diberi  keselamatan dan kelancaran,” ucap Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau, Hendroplin.

Sementara, Damang Kecamatan Bulik Darong menjelaskan, dalam festival budaya Babukung ini perlu kesepakatan bersama dari para tetua dan tokoh adat.

Sebab, dalam festival ini tidak ada mayat atau kematian, tapi ada ribuan orang menggunakan topeng Bukung dan menari bersama demi pelestarian adat budaya.

“Sangat penting kita lakukan ritual ini agar para leluhur memberikan izin dan merestui niat baik kita yang melakukan ritual adat Babukung dalam rangka melestarikan adat istiadat, meskipun tidak ada mayat. Maka kita lakukan pemasangan ancak, memotong ayam dan memberikan sesajian, kita berdoa bersama agar dalam pelaksanaan nanti bisa berjalan lancar, semoga tidak ada musibah,” tukasnya. (mex/fm) 



Pos terkait