Kisah di Balik Kostum Badut CFD Pangkalan Bun

badut
PERJUANGAN: Rizki mengenakan pakaian badut di Taman Kota Manis, Simpang HM Rafii Bundaran Pancasila, Pangkalan Bun, Minggu (26/5/2024). (Istimewa)

Menjadi badut jalanan bukan sebuah pilihan. Getir memang. Tetapi masa depan harus diperjuangkan, meski menjalani profesi yang tidak biasa bagi anak seusianya.

PANGKALAN BUN, Koko Sulistyo | radarsampit.com

Bacaan Lainnya

Simpang Taman Kota Manis Pangkalan Bun, Kawasan Bundaran Pancasila pagi itu begitu ceria. Anak-anak kecil saling berebut untuk berjabat tangan dan menyentuh badut yang senantiasa melambaikan tangan kepada warga yang mengunjungi Car Free Day (CFD) di Jalan HM Rafii, Pangkalan Bun, Minggu (26/5/2024) pagi.

Taman kota yang menjadi ikon keramaian setiap harinya itu, menjadi tempat tujuan masyarakat mengadu nasib. Baik berdagang maupun aktivitas ekonomi lainnya. Termasuk para badut jalanan.

Salah satu badur itu adalah Rizki (15). Remaja ini masih mengenyam pendidikan di salah satu sekolah menengah pertama di Kota Pangkalan Bun. Setiap hari dia menjalani profesi menjadi badut selepas pulang sekolah. Kecuali hari Minggu, ia berangkat pagi-pagi ke arena CFD.

Baca Juga :  Traffic Light Mati, Lalu Lintas di Jembatan Sungai Arut Semrawut Lagi

Rizki mengakui pilihan menjadi badut bukan hal mudah. Namun, keterbatasan ekonomi keluarga memaksa ia harus turun ke jalan untuk menjadi badut. Hasilnya ia tabung untuk biaya sekolahnya.

”Kalau tidak bekerja begini, siapa yang akan membiayai sekolah saya? Selain itu, hasilnya juga sedikit-sedikit bisa membantu keluarga,” ujarnya.

Saat ditanya pekerjaan orang tuanya, ia hanya tertunduk. Tak mau menjawab. Dia beralasan, menjaga nama baik dan kehormatan keluarga adalah kewajibannya.

Rizki menuturkan, penghasilannya dalam sehari ketika ada keramaian seperti CFD mencapai Rp140 ribu. Jumlah besar baginya untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Demi pendidikan dan membantu keluarga, dia rela mengorbankan masa remajanya untuk bekerja, meski waktu bermain tidak ada.

Malam hari ketika ia pulang ke rumah, Rizki mengaku sudah sangat capek dan langsung beranjak ke peraduan untuk beristirahat.

”Engga apa-apa tidak punya waktu untuk bermain seperti anak seusia saya, karena ada mimpi yang saya kejar. Ada cita-cita yang harus saya wujudkan,” katanya.



Pos terkait