Kisah Perempuan-Perempuan Hebat di Kotim

Kasih Ibu untuk Keluarga dan Bangsa

peringatan hari ibu
Perempuan-Perempuan Hebat di Kotim. (M Faisal/Radar Sampit)

Sementara itu, Ketua PWI Kotim sekaligus Direktur Radar Sampit Siti Fauziah memaknai Hari Ibu tidak hanya untuk mengingat kembali betapa pentingnya peran dan jasa perempuan sebagai seorang ibu, melainkan menghargai peran serta jasa perempuan secara keseluruhan. Mulai dari perempuan sebagai ibu, istri, maupun sebagai warga negara Indonesia.

”Hari Ibu adalah momentum untuk mengingatkan kita kembali bagaimana besarnya peran seorang ibu dalam keluarga maupun berbangsa dan bernegara,” kata Fauziah.

Bacaan Lainnya

Peran seorang perempuan, lanjutnya, tidak hanya menjadi seorang ibu dan istri. Namun, juga berperan secara sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Terutama ikut peduli mendidik generasi penerus bangsa.

”Sebagai seorang perempuan, menginspirasi orang lain ketika dia menjadi dirinya sendiri diawali dengan selalu melakukan hal-hal baik dan berprestasi dengan karya dan kemampuan sendiri tanpa menjatuhkan orang lain. Tidak merendahkan orang lain yang berbeda pandangan dan prinsip. Mau bergaul dengan siapa saja tanpa harus mengikuti perilaku orang yang negatif,” kata perempuan kelahiran Sampit, 25 November 1978 ini.

Baca Juga :  Diduga Korupsi Proyek Aspirasi, Kontraktor Ditahan

Komitmen dan konsisten menjadi bagian dari prinsip hidup seorang Siti Fauziah. Baginya, menjadi diri sendiri dan terus berkarya. Terutama di bidang yang ia geluti di dunia jurnalistik, tentu menjadi tantangan berat.

”Pesatnya perkembangan teknologi dan perubahan zaman menjadi tantangan berat bagi saya yang selama kurang lebih 20 tahun ini berkarier di dunia jurnalistik. Saya terus berusaha menyesuaikan diri seiring dengan perkembangan zaman, tetap berkarya, produktif, dan memberikan manfaat bagi orang lain,” ujarnya.

Dirikan Panti

Keterbatasan ekonomi tidak menghalangi niat tulus Sri Rohani mendirikan sebuah panti asuhan. Semangat yang dilatarbelakangi dirinya yang sebagai seorang anak yatim, melatari Umi—sapaan akrabnya—menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merawat anak-anak yatim piatu dan keterbelakangan mental.

Pada tahun 1998 di dalam satu bangunan yang tidak begitu besar, Uni mulai merawat 15 anak dengan berbagai latar belakang. Mulai dari kelainan fisik hingga mental. Hingga tahun 2022, Umi mengasuh 12 anak-anak berkebutuhan khusus dan 50 anak yatim piatu.



Pos terkait