Kisah Tanda Tangan Bupati Kotim

Pemimpin Redaksi Radar Sampit Gunawan
Pemimpin Redaksi Radar Sampit Gunawan

***

Saat menjadi wartawan di lapangan, saya beberapa kali melakukan wawancara dengan Pak Halikinnor. Saat itu dia masih menjabat sebagai Assisten II Pemkab Kotim (sepanjang ingatan saya).

Bacaan Lainnya

Menurut saya ketika itu, Pak Halikinnor orangnya terbuka. Mudah ditemui. Apalagi diwawancara. Blak-blakan. Tegas. Tak terlalu suka dengan keruwetan birokrasi yang terkadang njelimet dan bikin pusing.

Selera humornya juga tinggi. Jarang rasanya tak tertawa ketika mendengar perbincangannya secara langsung atau saat dia berpidato.

Salah satu tugas saya dalam kepanitiaan Kejurprov Catur se-Kalteng adalah membuat piagam untuk pemenang. Jumlahnya banyak. Sampai 72 lembar.

Membuatnya mudah. Saya meminta bantuan rekan sekantor yang memang jago desain, Muhammad Faisal. Urusan desain, orang ini memang juaranya. Beberapa kali desain koran Radar Sampit menerima penghargaan sampai tingkat nasional.

Mendesain dan mencetak piagam itu memang gampang. Tak sampai sehari jadi. Masalahnya, lembaran itu wajib ditandatangani Bupati. Selain ketua panitia pelaksana dan Ketua KONI Kotim, Ahyar Umar.

Baca Juga :  Pencabutan Izin Belum Pasti, Kayu Tumbang Ramei Mulai Dijarah

Saya teringat cerita rekan-rekan seprofesi, bahwa Bupati Kotim harus menandatangani setumpuk berkas dalam sehari. ”Bakal sulit dan lama ini,” kata saya dalam hati.

Ketua kami memberi arahan agar saya berkomunikasi dengan bagian protokol. Orang-orang yang mengurus semua kegiatan Bupati Kotim sehari-hari.

Pak Tajudinnor memberi tahu orang yang harus dihubungi; Iwan. Demikian dia disapa. Jabatannya sebagai Kepala Sub Bagian Protokol Pemkab Kotim.

Untungnya Pak Iwan sangat mudah diajak berkomunikasi. Dia meminta desain piagamnya sebelum dicetak. Setelah sedikit revisi dan dirasa cocok, piagam lalu dicetak.

Dua hari sebelum diserahkan pada pemenang, saya mengantar puluhan lembar piagam itu. Awalnya saya agak ragu, karena belum ada tanda tangan Ketua Panitia dan Ketua KONI Kotim.

Prosedurnya, orang penting yang diminta tanda tangan, harusnya setelah semua tanda tangan lainnya lengkap. Pak Iwan pun menanyakan soal itu. Namun, dia tetap menerima, karena khawatir Bupati Kotim pergi ke luar kota, sementara piagam itu perlu cepat.



Pos terkait