PANGKALAN BUN, radarsampit.com – Kerusakan di Kilometer 06 Jalan Ahmad Shaleh ruas Pangkalan Bun menuju Kotawaringin Lama (Kolam), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) makin parah.
Imbauan sementara agar tidak melintas bagi kendaraan roda enam yang dikeluarkan Dinas Perhubungan kabupaten setempat tidak digubris, paska lebaran Idulfitri intensitas truk baik bermuatan TBS kelapa sawit, Bahan Bakar Minyak (BBM) maupun logistik justru semakin meningkat.
Padahal ruas jalan provinsi tersebut merupakan jalur utama pemudik baik pengguna kendaraan roda 2 maupun roda 4 yang akan menuju Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Lamandau maupun Sukamara, serta menuju Kecamatan Kotawaringin Lama.
Truk-truk sarat muatan tersebut memilih melintas meskipun risiko yang dihadapi lebih besar, dampaknya truk yang terjebak lumpur membuat jalan macet, sementara sopir harus berjibaku dengan kubangan lumpur untuk membebaskan kendaraannya.
Bukan hanya satu atau dua unit tetapi paska lebaran sudah banyak yang terjebak di lokasi, hingga ada truk terbalik dan menumpahkan muatannya.
Bukan tanpa upaya, pemerintah daerah dan provinsi sudah beberapa kali melakukan penanganan darurat dengan timbunan latrit, namun lantaran dilintasi kendaraan dengan muatan berat dan dibarengi hujan turun terus menerus membuat titik tersebut kembali hancur dan menggerus timbunan hingga membentuk cekungan berlumpur.
“Meski ditimbun tapi kendaraan dengan tonase yang melebihi batas masih dibiarkan, kondisinya akan kembali seperti ini, sudah sering ditimbun tapi tanahnya habis dihajar oleh kendaraan bermuatan lebih,” keluh Ridwan, pemudik asal Pangkalan Bun, Minggu (1/5).
Ia heran karena demi mengejar jarak tempuh yang lebih pendek para sopir memilih mengambil risiko dengan nekat melewati kubangan lumpur dari pada harus memutar melewati Lamandau.
Menurutnya titik 06 di Kelurahan Mendawai Seberang yang rusak tersebut sejatinya hanya beberapa puluh meter saja, namun air lumpur tetap tidak kering meski cuaca panas.
“Alternatif bagi roda 2 dan mobil kecil bisa lewat mating-mating yang dibangun darurat oleh warga setempat, dengan membayar seikhlasnya,” bebernya.