SAMPIT, radarsampit.com – Kelurahan Mentawa Baru Hilir, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LMPK) melaksanakan pelatihan seni budaya karawatin, Sabtu malam (14/9).
Kegiatan yang dipusatkan di Sanggar Seni Karawatin Jalan Nyai Enat melibatkan para pemuda dan tokoh masyarakat setempat. Lewat pelatihan Seni Budaya Karawitan ini diharapkan bisa mengedukasi generasi muda untuk menjaga dan melestarikan seni dan budaya bangsa.
Lurah Mentawa Baru Hilir Rita Purwanto mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja seni dan kebudayaan. Kegiatan ini bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) Kelurahan Mentawa Baru Hilir tahun 2024 dan diselenggarakan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kelurahan Mentawa Baru Hilir.
Lewat pelatihan ini, lanjut Rita bisa meningkatkan silaturahmi antara jajaran kelurahan Mentawa Baru Hilir dan warganya. Dan yang lebih penting mampu menjaga ragam kebersamaan ditengah perbedaan budaya.
“Mudah-mudahan lewat kegiatan ini semakin menguatkan kita untuk bersama-sama berkomitmen menjaga dan melestarikan seni dan budaya daerah,” harap Rita.
Camat Mentawa Baru Ketapang Irfansyah saat membuka kegiatan mengapresiasi apa yang dilakukan Kelurahan Mentawa Baru Hilir. Menurutnya kegiatan ini bisa ditiru kelurahan lain dalam menjaga dan melestaraikan seni dan budaya daerah.
“Tidak hanya Karawitan tapi juga budaya asli daerah kita (dayak, red) perlu kita jaga dan lestarikan. Kapan perlu budaya karawitan ini kita sinergikan dengan seni dan budaya dayak,” ucap Irfansyah.
Irfan–sapaan akrabnya-mengatakan di tengah modernisasi dan perkembangan teknologi digital yang semakin masif, keberadaan seni dan budaya daerah mulai mengalami penurunan. Bahkan minat generasi muda untuk mempelajari seni dan budaya daerahnya semakin berkurang.
“Ini menjadi persoalan kita semua, bagaimana caranya kita menghadapi perkembangan zaman tanpa melupakan identitas bangsa kita sendiri. Saya berharap kegiatan ini tidak hanya sampai di sini tapi bisa terus berlanjut. Kenapa demikian, semuanya perlu proses, dan mempelajari budaya karawitan juga berproses panjang. Termasuk juga mempelajari kebudayaan asli masyarakat Dayak,” ungkap Irfan. (ton)