Semua pihak terkait, mulai dari amat, pihak puskesmas hingga Kepala SOPD terlibat dalam pelaksanaan program tersebut. Pihaknya mengunjungi rumah tangga sasaran stunting yang sudah ditentukan dengan membagikan susu dan telur yang banyaknya disesuaikan dengan umur balita.
”Upaya penurunan angka stunting di Kotim masih harus ditingkatkan agar target penurunan stunting yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebesar 14 persen pada 2024 dapat tercapai,” harapnya.
Berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka prevalensi stunting di Kotim pada tahun 2022 sebesar 27,9 persen. Menurun 4,6 persen dari tahun 2021 yang sebesar 32,5 persen. Sedangkan mengacu data elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (E-PPGBM) dari Dinas Kesehatan Kotim, data prevalensi stunting pada tahun 2022 sebesar 22,6 persen.
”Secara keseluruhan semua kecamatan dimaksimalkan penanganannya, agar yang tidak ada stunting jangan sampai ada, yang ada stunting agar kasusnya membaik, sehingga ke depannya tidak ada lagi kasus stunting,” katanya. (yn/ign)