Konflik Lahan di Desa Luwuk Bunter Terus Memanas 

Sudah Mati-matian Menjaga dan Merawat Lahan, Warga Tegaskan Lawan Perampasan

luwuk bunter
PERTAHANKAN LAHAN: Aksi warga yang protes terhadap penggarapan di atas lahan miliknya. (ISTIMEWA/RADAR SAMPIT)

Persoalan perampasan lahan warga di dalam jalur irigasi di Desa Luwuk Bunter tersebut mencuat dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini seiring dengan ekspansi perusahaan perkebunan di wilayah itu. Padahal, sebelumnya masyarakat bisa mengelola dan memelihara kebun mereka dengan aman dan tenang.

Areal irigasi itu sebagian menjadi tempat sandaran hidup warga untuk bertahan. Mayoritas dijadikan kebun karet yang usia tanamnya rata-rata sudah di atas 10 tahun.  Bahkan, sebagian kelapa sawit sudah menjulang tinggi hingga tiga meter di atas tanah.

Bacaan Lainnya

”Setelah ada perusahaan ini saja ribut-ribut soal tanah di sini. Jauh sebelumnya tidak ada. Bahkan, kebakaran tahun 2015 dan 2019, kami masyarakat saja yang berjuang  mati-matian melawan api saat itu. Kami harus urunan membeli selang, mesin air, dan berminggu-minggu hidup di dalam hutan, tapi kenapa baru sekarang muncul perusahaan dengan alat berat mereka?” keluh warga lainnya.

Baca Juga :  Perjuangan Warga Tumbang Ramei Menyelamatkan Hutan

Aster Yansen, warga lainnya mengatakan, aktivitas penggarapan lahan warga tersebut sudah terjadi sejak awal 2023. Dalam waktu dekat ini masyarakat akan melakukan aksi, termasuk melapor kepada Bupati Kotim Halikinnor, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran, dan Dinas PUPR Kalteng yang telah memprogramkan irigasi pertanian masyarakat di wilayah itu sejak tahun 2012 silam.

Sementara itu, seorang ibu rumah tangga nyaris saja menghantam operator alat berat di lokasi yang tengah menggusur tanaman mereka. Ibu tersebut nekat menaiki alat berat  dan menyatakan mereka tidak akan diam dengan aksi semena-mena menghilangkan sumber penghidupan warga selama ini.

”Sekarang terus memanas. Warga mulai memperlihatkan kemarahannya dengan aksi perampasan tanah ini,” kata Aster.

Sebelumnya, Manajemen PT BSP Eni Ekowati ketika dikonfirmasi Radar Sampit membantah pihaknya merusak saluran irigasi. Eni Ekowati mengatakan, penggarapan itu bukan dilakukan mereka, tetapi oleh koperasi yang menjadi mitra PT BSP.

”Itu lokasi lahan koperasi plasma PT BSP dan tidak ada penggarapan atau penggusuran saluran irigasi di areal tersebut,” tegas Eni, manajemen PT BSP, Senin (19/6/2023).



Pos terkait