Setelah ada tim BPBD turun mengecek lokasi, kami diminta mendata warga yang rumahnya terendam dan terdampak jumlahnya ada 460 KK dengan total 1.742 jiwa yang semua KK sudah menerima bantuan kebutuhan bahan pokok dari Pemkab Kotim,” katanya.
Kepala UPTD Pemeliharaan Jalan, Drainase dan Pertamanan Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kotim Slamet Giartono mengatakan, upaya menanggulangi banjir di dalam kota masih terus dilakukan dengan cara pengerukan normalisasi saluran drainase di Sei Baamang dan Sei Mentawa.
”Normalisasi pada saluran drainase Sei Baamang ini dilakukan menggunakan bantuan alat berat ekskavator amphibi yang multi fungsi bisa digunakan di darat dan di air. Untuk pengerukan drainase yang tidak terlalu lebar dikerjakan secara manual oleh pekerja,” ujarnya.
Menurutnya, banjir di Kota Sampit tidak hanya disebabkan tidak lancarnya saluran drainase.
Adanya bangunan kayu yang berdiri di bantaran sungai yang menghambat air mengalir serta sejumlah ruas jalan perkotaan Sampit yang berada di dataran rendah.
Sehingga rawan banjir setiap kali hujan deras melanda.
”Masalahnya tidak hanya tidak lancarnya saluran drainase, tetapi juga disebabkan ada beberapa titik ruas jalan yang memang datarannya rendah seperti di ruas Jalan HM Arsyad dan jalan di sekitarnya berada pada dataran rendah, sehingga rawan tergenang banjir,” tandasnya. (hgn/ign)