Kotim Targetkan Ada 20 Desa Tangguh Bencana

Tetapkan Desa Sungai Ubai Mandiri agar Siap Hadapi Banjir

Kotim Targetkan 20 Desa Tangguh Bencana
SOSIALISASI: Bupati Kotim saat memberikan sambutan pada sosialisasi Program Desa Tangguh Bencana (Destana) di Desa Sungai Ubar Mandiri, Kamis (25/11). (IST/RADAR SAMPIT)

SAMPIT – Sebagai bentuk kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menetapkan Desa Sungai Ubar Mandiri, Kecamatan Cempaga Hulu sebagai Desa Tangguh Bencana. Tahun depan Pemkab Kotim menargetkan jumlah Desa Tanggung Bencana di Kotim ada sebanyak 20 desa.

”Dengan ditetapkannya Desa Sungai Ubai Mandiri sebagai desa tangguh bencana ditahun 2021 ini, itu berarti Kotim hingga saat ini sudah menetapkan 18 desa tangguh bencana,” kata Bupati Kotim Halikinnor saat membuka sosialisasi Program Desa Tangguh Bencana (Destana), Kamis (25/11).

Bacaan Lainnya

Pada tahun anggaran APBD 2022, Kotim ditargetkan menambah dua desa lagi untuk ditetapkan sebagai desa tangguh bencana. ”Nantinya ditargetkan tahun 2022, Kotim sudah ada 20 desa tangguh bencana,” katanya.

Dibentuknya desa tangguh bencana, lanjutnya, merupakan bagian pemberian edukasi kepada masyarakat. Termasuk perangkat desa secara berkesinambungan. Hal tersebut mengingat Kotim merupakan wilayah yang rawan bencana kebakaran hutan dan lahan, banjir, dan angin puting beliung yang kerap terjadi setiap tahun.

Baca Juga :  Ternyata Ini Penyebab Pembunuhan di Gazebo Pangkalan Bun Park

”Kesadaran dan kesiapsiagaan seluruh masyarakat dalam menghadapi terjadinya bencana perlu dibangun. Bencana memang tidak dapat dihentikan  tetapi dapat kita minimalisir dampaknya,” kata Halikinnor.

Ditetapkannya Desa Sungai Ubai Mandiri sebagai Desa Tangguh Bencana dikarenakan lokasinya berdekatan dengan sungai, sehingga diperlukan persiapan yang matang dari seluruh warganya dengan pengetahuan dan kemampuan  dalam menghadapi bahaya bencana.

”Melalui sosialisasi ini, kita berbagi peran siapa melakukan apa dan bagaimana caranya, sehingga tidak ada  lagi tumpang tindih atau saling lempar tanggung jawab saat terjadi bencana,” ujarnya.

Di samping itu,  lanjutnya, hal yang tidak kalah penting, melalui sosialisasi tersebut setidaknya  perangkat desa dan masyarakat dapat mengenali tanda-tanda akan bencana, terutama banjir, sehingga langkah persiapan dan penanganan dapat dilakukan cepat.

”Saya berharap  desa-desa lainnya dari jenjang terbawah di Kotim juga dapat segera dikembangkan sebagai desa siaga tangguh bencana mengingat pentingnya mitigasi bencana melalui kesiapsiagaan desa,” katanya.



Pos terkait