Laporan yang Masuk ke Damkar Bikin Geleng-Geleng Kepala 

Mulai dari Laporan Palsu, Kehilangan Handphone, hingga KDRT

Damkar Kobar
RESPONS LAPORAN: Personel Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kotawaringin Barat saat penanganan kebakaran di permukiman, belum lama ini.

Menjadi petugas pemadam kebakaran ternyata bukan hanya berani menghadapi besarnya kobaran api, tetapi juga melayani berbagai permintaan masyarakat. Di Kotawaringin Barat, petugas damkar sering menerima laporan yang bikin geleng-geleng kepala.

KOKO SULISTYO, Pangkalan Bun | radarsampit.com

Bacaan Lainnya

Permintaan warga kepada petugas damkar sering kali tidak terduga. Bukan hanya menerima permintaan bantuan penanganan kebakaran, tapi juga  permintaan mencari  handphone yang jatuh ke sungai, menyelamatkan hewan peliharaan yang masuk dalam sumur, melepaskan cincin dari jari, evakuasi ular, penghancuran sarang tawon.

Ada juga laporan tentang warga yang terkunci dalam kamar mandi, pemilik ruko yang terkunci di dalam tempat usahanya, hingga ibu hamil yang ngidam mendatangi Mako Damkar untuk berfoto dengan unit pemadam.

Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Kotawaringin Barat, Dwi Agus Suhartono menceritakan bahwa petugas  juga sering menerima laporan melalui call center, namun saat unit pemadam beserta personel meluncur ke lokasi kejadian, ternyata hanya laporan palsu alias prank.

Baca Juga :  Konflik Perkebunan di Luwuk Bunter Kian Meruncing

Ada pula aduan yang masuk melalui call center dari seorang perempuan tentang curahan hati (curhat) persoalan keluarga yang sedang ia hadapi.

Lantaran menjadi bagian dari unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang mempunyai tanggung jawab memberikan pelayanan kepada masyarakat, mereka kemudian mendengarkan curhatan perempuan berusia 27 tahun itu.

Perempuan yang tidak sebutkan identitasnya tersebut, kepada anggota Damkar mengaku kerap mendapat perlakuan yang kasar dari orang tuanya, seperti dipukul dan diinjak kepalanya. Puncaknya ia diusir dari rumah.

Perempuan itu juga mengaku bahwa ia tidak melakukan hal-hal yang menyalahi norma, etika dan kepatutan dalam berhubungan sosial dengan teman-teman dan masyarakat. Saat keluar rumah, dia selalu dimarahi dan dituding yang tidak-tidak.

“Perempuan itu, meminta bantuan kami, agar memberikan nasehat kepada orang tuanya, agar orang tuanya itu tidak bertindak yang di luar kendali saat marah. Setelah mengusir, orang tuanya meneror teman-temannya,” beber Dwi Agus Suhartono.



Pos terkait