”Setiap hari pulang pergi, kadang ke pasar. Hari ini jenguk cucu, sore pulang ke Seranau. Biaya tarif murah saja Rp5.000, waktu itu sempat Rp7.000 per motor. Kalau sudah sore menjelang magrib, tarif naik dua kali lipat, karena katanya sudah di luar jam operasional,” ujar Sarinah, warga yang menyeberang di dermaga Sampit-Seranau.
Sebagai warga asli Seranau, menurutnya, penyediaan kapal feri penyeberangan untuk motor dan mobil tidak cukup untuk membantu untuk mempercepat pembangunan di Kecamatan Seranau.
”Naik kapal feri ke Seranau tidak sampai 5 menit. Sebentar saja dan sangat berdekatan dengan Kota Sampit, tetapi kecamatan ini terisolir karena datarannya terbelah Sungai Mentaya. Kalau ingin berkembang agak sulit. Saya berharapnya bukan kapal feri penyeberangan yang disiapkan pemerintah, tetapi pembangunan jembatan,” ujarnya. (hgn/ign)