Sekitar 500 meter memacu kendaraan motor dengan laju pelan, Radar Sampit melewati Dermaga bertuliskan “Selamat Datang di Sampit”. Tulisan itu dibaca terbalik karena tulisan mengarah ke barat.
Matahari sore itu juga menyilaukan, menunggu waktu yang tinggal 1,5 jam lagi terbenam di ufuk barat tepatnya di Mentaya Seberang.
Masjid bertipologi masjid sejarah yang dicari-cari akhirnya ketemu. Letaknya di RT 6 RW 2 Kelurahan Mentaya Seberang yang menjadi RT terakhir, sehingga disebut ujung hilir kampung Mentaya Seberang.
Dari tampak depan, bangunan Masjid At Taqwa mengarah ke barat (Kota Sampit). Berada persis di pinggir Sungai Mentaya. Bangunan masjid berukuran 350 meter persegi ini masih berupa kayu yang dicat warna putih dan biru.
Kabarnya, struktur bangunan masjid ini tak pernah dirombak dan masih tetap terjaga keasliannya. Pagar masjid juga masih berupa kayu. Terdapat 6 kubah yang dicat kuning keemasan.
Satu kubah utama berada di tengah atap bangunan, kubah kedua berada di depan tepat posisi mimbar dan empat kubah kecil yang diletakkan di sisi kubah utama dan sisi kanan kiri bangunan masjid.
Memasuki areal dalam masjid, pada plafon dan dinding juga masih berupa kayu bangkirai yang dicat cokelat. Pada bagian tengah dalam ruang masjid terdapat anak tangga yang dulunya diperuntukkan sebagai menara masjid untuk mengumandangkan azan.
Di belakang bangunan masjid terdapat tujuh kran air wudu, keranda untuk memandikan jenazah, dan dua toilet berukuran kecil yang dibangun terpisah di belakang masjid.
Tak jauh dari toilet banyak makam warga setempat. Namun, yang menarik perhatian Radar Sampit, makam yang letaknya di sudut kiri belakang masjid. Tertutup pagar ukiran kayu setinggi 1 meter dan beratap genteng.
Seorang perempuan paruh baya yang tengah membersihkan rumput di sekitar makam, mengantarkan Radar Sampit masuk ke pagar kuburan tua yang tertutup kain kuning tersebut.