SAMPIT – Para pengusaha perkebunan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) belakangan ini mulai resah. Mereka terpaksa meminta jasa pengamanan TNI dan Polri untuk menghadapi kawanan pencuri sawit. Keberadaan aparat bersenjata lebih efektif untuk mencegah adanya aksi pencuri.
”Lebih baik kita menggandeng pengamanan dari aparat untuk menghadapi kawanan pencuri, karena para pencuri mereka tidak segan-segan menyerang pengamanan dari warga sipil,” kata Aries, pemilik kebun kelapa sawit di Jalan Sudirman.
Aries mengaku sudah merugi hingga ratusan juta akibat pencurian sawit. Dia sempat menggunakan pengamanan dari warga sekitar, namun tetap kewalahan menghadapi garong sawit yang beraksi menggunakan senjata.
”Kalau hanya masyarakat biasa, berani saja kawanan pencuri sawit ini menghadapinya. Saya kira kalau dengan aparat, mereka pikir-pikir,”kata Aries.
Aries mengungkapkan, penjaga kebun pernah diancam pencuri. “Mereka ambil HP penjaga kebun. Setelah selesai panen, HP dikasih lagi. Mereka paling lama panen sekitar 2 jam. Sudah dapat berton-ton, lalu kabur,” katanya.
Aries berharap ada regulasi yang membatasi penerimaan buah dari pengepul. Asal usul buah hendaknya dijelaskan melalui surat resmi, minimal dari kepala desa setempat.
“Untuk mencegah pencurian ini berkepanjangan, hendaknya pabrik selaku pembeli bisa selektif. Misalnya buah yang dibeli harus ada surat keterangan asal usul buahnya supaya buah-buah hasil curian ini tidak leluasa dijual di pasaran,” harapnya. (ang/yit)