Debat publik pertama calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), jadi ajang adu gagasan para kandidat. Tebaran janji hingga klaim bukti mewarnai jalannya tahapan pilkada tersebut.
HENY, Sampit | radarsampit.com
Palace Ballroom, Aquarius Boutique Hotel Sampit, Sabtu (26/10/2024) malam lalu diramaikan ratusan orang dari para pendukung kandidat Pilkada Kotim. Tak kalah banyak, sekitar seratus lebih anggota Polres Kotim dan Kodim 1015 siaga melakukan pengamanan selama acara berlangsung.
Debat publik perdana yang disiarkan secara langsung melalui media sosial KPU Kotim itu berlangsung mulai pukul 19.30-22.22 WIB. Ketiga paslon menyampaikan visi misi dan saling memberikan janji manis terkait program kerja apabila terpilih.
Pasangan calon nomor urut 1 Halikinnor-Irawati sebagai petahana, terlihat percaya diri membuktikan pencapaian pembangunan yang sudah dilakukan untuk masyarakat. Berbagai klaim suksesi program jadi andalan keduanya.
Sebaliknya, selaku penantang, paslon nomor urut 2 Sanidin-Siyono dan 3 Muhammad Rudini-Paisal Darmasing, beberapa kali menawarkan janji. Mereka berupaya meyakinkan masyarakat agar memilihnya.
Jalannya Debat Perdana
Panelis Rita Sukaisih Kepala MTSN 1 Kota Palangka Raya mengambil bola pertanyaan C yang masih tersegel dalam sampul. Alfath Tauhid selaku moderator yang memandu acara debat membacakan pertanyaan yang dipersiapkan panelis untuk Rudini-Paisal.
Paslon nomor 3 itu disodori pertanyaan terkait produk domestik regional bruto PDRB Kotim yang terbesar kedua di Kalteng, Namun belum berbanding lurus dengan kondisi infrastruktur jalan.
Berdasarkan data Kabupaten Kotim tahun 2025-2029 bahwa kondisi jalan kategori rusak berat 19, 54 persen dan rusak ringan 43, 16 persen. Hal tersebut memberikan dampak pelayanan, baik di bidang pendidikan kesehatan maupun kesejahteraan ekonomi masyarakat.
”Bagaimana strategi paslon untuk mengatasi masalah tersebut?” kata moderator.
Rudini menjawab, selama masa kampanye, banyak masyarakat yang mengeluhkan masalah infrastruktur jalan yang belum merata sampai ke desa.