Melihat Kondisi PPM Sampit yang Kian Meredup (1)

Pedagang Kian Sepi Pelanggan, Hanya Berharap Perantau di Perkebunan Sawit

bokssss
MAKIN SEPI: Muhri, pedagang pakaian di PPN Sampit menanti pembeli di kiosnya, akhir pekan lalu. (Heny/Radar Sampit)

”Awalnya saya ikut orang dari tahun 1970 sampai 1984 jualan sembako di Pasar Inpres dan pernah menjadi korban kebakaran sampai empat kali kejadian tahun 1973. Mulai usaha dari nol lagi dan mencoba usaha sendiri dan saya memilih berdagang kain,” ucap Muhri didampingi istrinya yang baru saja mengakhiri makan siangnya.

Dia merasakan betul perubahan zaman dan perkembangan teknologi masa kini yang kian canggih yang membuat semua berubah tak sama seperti dulu. Muhri dan pedagang senior lainnya pernah merasakan kejayaan berdagang. Transaksi jual beli mengalir lancar. Perekonomian di Kota Sampit tumbuh pesat, tepatnya saat usaha perkayuan di Kotim sedang berjaya pada masa itu.

Bacaan Lainnya

Belum banyak persaingan dagang. Ritel modern masih belum menjamur seperti sekarang dan warga Kotim masih terbilang sejahtera pekerjaannya.

Baca Juga :  Tak Perlu ke Jakarta, Di Pangkalan Bun Sudah Ada Istana Negara

”Dulu saat masih berjayanya usaha perkayuan di Kotim, warga di Kotim begitu mudah mendapatkan uang. Perekonomian lancar, penjualan pun lancar. Pasar tidak pernah sepi meskipun hari biasa,” ujar Muhri.

Kondisi itu jauh berbeda dengan sekarang yang dialami Muhri dan pedagang PPM lainnya. Setiap hari pedagang begitu menantikan pembeli. Namun, begitu sulitnya pedagang menjual barang bahkan mendatangkan pengunjung agar mau mampir ke lantai dua PPM saja sama sulitnya seperti mendatangkan pejabat.

Kerinduannya melayani pembeli seperti pada masa puluhan tahun lalu begitu ia harapkan. Semuanya berubah dalam 10 tahun terakhir. Kini Muhri hanya berharap pada masyarakat dari luar Kota Sampit terutama masyarakat pendatang yang merantau kerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit yang membuat pendapatannya membaik.

”Setiap pekerja menerima gaji bulanan biasanya pada minggu pertama awal bulan ramai warga dari sawitan datang berbelanja. Itulah yang membantu penjualan kami, saat tanggal gajian sehari bisa mendapatkan Rp1-3 jutaan, walaupun masih jauh dengan pendapatan dulu yang bisa mencapai Rp5-7 juta setiap akhir pekan minggu pertama,” ujar pria yang memiliki empat anak ini.

Baca Juga :  Bikin Geram, Ini Kata Halikinnor Usai Tertangkapnya Bos Pengamen dan Pengemis di Sampit

Kendati demikian, pada minggu kedua hingga akhir bulan suasana PPM kembali sepi. ”Kemarin (Jumat, Red), alhamdulillah ada orang pendatang jauh dari Kota Sampit berbelanja empat orang saja sampai Rp4 juta. Hari ini (Sabtu) dari pagi sampai menjelang sore baru dapat Rp300 ribu, setelah itu tidak ada pembeli sama sekali. Kadang biasa juga jualan seharian nol pendapatan, tidak ada satu pun barang dagangan yang laku terjual,” ucapnya sedih.



Pos terkait